Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Sapardi, Iriani, dan Aku

Diperbarui: 23 Juli 2020   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sudah sejak Juni aku ingin menulis tentang "Sapardi yang dikhianati". Sebab Hujan Bulan Juni sekarang nyata, bahkan ada yang sampai kebanjiran.

Berbeda dengan pernyataan almarhum yang diberitakan kompas.com pada 15 Juni 2015, "... pada 1989, ketika ia menulis puisi tersebut, hujan memang tak pernah jatuh pada bulan Juni."

Tapi sudah melewati tengah Juli, belum tuntas konsep di kepalaku, apa yang sebenarnya benar-benar ingin kusampaikan mengenai hujan, Juni, atau Sapardi Djoko Damono.

Iriani R. Tandy, Penyair Jambi Pengagum SDD

Pada akhirnya aku teringat seorang penyair yang berada satu kota denganku. Namanya Iriani R. Tandy. Dalam sebuah perjumpaan, penulis puisi 60 tahun itu pernah bilang, bahwa ia adalah pengagum Sapardi.

Iriani R. Tandy | m2indonesia.com

Salah satu puisi milik Bu Irin, begitu ia biasa disapa, Invitation for the Grandmother's Time' termasuk dalam buku International Library of Poetry tahun 2003.

Pada pertemuan sastrawan se-Sumatra, almarhum Sapardi pernah menyebut, puisi Iriani terasa berbeda dari umumnya sastrawan masa kini.

Puisi lainnya terangkum dalam Antologi Puisi se-Sumatra (1995), Pemintal Ombak, Sanggar Sastra Purbacaraka Awards, Udayana Bali (1996), Antologi Puisi Indonesia, KSI (1997), Musim Bermula Penyair Perempuan se-Sumatra (2001), Musim Kemilau Penyair Perempuan Indonesia (2002), Pesona Gemilang Musim, Penyair Indonesia, Malaysia, Singapura (2004), dll.

Buku teranyar miliknya yang pernah kupunya adalah Tiga Bangku, antologi puisi yang ia tulis bersama Diah Hadaning dan Yvonne De Fretes.

Yang cukup berkesan adalah kebiasaan Bu Irin jika bertemu denganku. Ia kerap menyapa riang dengan kalimat, "Ini anak aku!" sambil menerima salam hormatku sebagai "anak".

Jelas tak seorang pun percaya. Iriani R. Tandy adalah seorang beretnis Cina dengan warna kulit yang khas. Sementara aku, terlalu berwarna. Halah.

Tapi sebagai sesama penikmat sastra, aku yakin kami punya banyak kesamaan. Jika tidak, tak mungkin kami masih akur-akrab hingga hari ini meski dengan sekian banyak perbedaan, bawaan lahir maupun pilihan hidup.

Aku pun Menulis Puisi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline