Sandy Millar on Unsplash">
Diberitakan oleh dailymail.co.uk pada 7 Februari 2019, sepasang pengantin di Kuwait yang baru 3 menit menikah, bercerai karena sebuah insiden di hari pernikahan mereka.
Keduanya baru saja menandatangani buku pernikahan di depan hakim. Dalam perjalanan menuju pintu keluar, mempelai wanita tersandung yang mengakibatkannya jatuh. Alih-alih menolong, suaminya justru menertawai.
Tak cukup hanya tertawa, sang suami bahkan menyebut istrinya teledor dan bodoh di hadapan orang-orang. Menurut sumber, kejadian itu hanya selisih 3 menit dari saat mereka mengucap akad. Alhasil, sang istri menggugat cerai suaminya di hari yang sama, pada hakim yang masih ada di sana.
Kejadian tersebut menjadi viral di media sosial setempat, banyak yang memberi dukungan kepada sang wanita. Warganet menganggap yang dilakukannya adalah keputusan yang tepat.
Kalau aku berada di sana, atau mengetahui informasi tersebut di waktu yang dekat, barangkali aku pun melakukan hal yang sama. Mendukung keputusan si perempuan untuk menggugat cerai suaminya.
Bukan sekadar solidaritas sebagai perempuan, tapi lebih kepada upaya sesegera mungkin menyelamatkan diri dari orang yang tidak tepat.
Tidak seperti Mawar, seorang kenalanku yang terus berusaha mempertahankan keutuhan rumah tangga, dan pada akhirnya tumbang juga di usia 8 tahun pernikahan mereka.
Di 8 tahun itu, sudah banyak luka tercipta. Ada anak-anak yang ikut jadi korban, tak hanya tiga anaknya di pernikahan ini. Tapi juga dua anak di pernikahan sebelumnya.
Pertama, Mawar menikah dengan seorang duda anak satu. Setelah 7 tahun, suaminya ketahuan selingkuh dan mereka bercerai. Tak butuh waktu lama bagi Mawar untuk mencari ganti, seorang lajang kemudian berniat mempersuntingnya.
Kata orang, cinta itu buta. Tapi kalau boleh menganalisis, kulihat Mawar tidak sedang dimabuk cinta, melainkan tersulut dendam. Sebab mantan suaminya sebentar saja sudah gonta-ganti pacar. Sepertinya Mawar ingin membuktikan bahwa ia juga masih laku.