Tadinya mau keluar pagi-pagi, tapi kata Mamak yang baru saja diantar keponakan, jalan ke rumahku macet luar biasa. Kalau Mamak jadi kreator meme, beliau mungkin bakal bilang, "Corona menangis melihat jalanan pagi ini!"
Jadi kuputuskan keluar setelah Duha, untuk sebuah hal mahapenting; kopiku habis. Karena kopinya tak ada di warung tetangga, jadi aku harus menempuh jarak beberapa kilo mengendarai sepeda motor.
Ajaib memang, sampai jam segitu, bahkan setelah pulang tepat di azan Zuhur, antrean santan masih tumpah ruah! Ya wajar sih, masak yang spesial di hari Lebaran. Tapi kalau dari kemarin dicicil, mungkin tidak sampai seramai ini.
Namanya emak-emak, dari rumah niatnya beli kopi, pulang bawa buku gambar, sumpit, sabun, ... dan kopi tentunya. Kalau ada anak meme yang melihatku, mereka boleh bilang, "Lebaran nangis lihat emak satu ini!"
Aku dan suami sepakat tetap santuy pada lebaran kali ini. Tak ada kue lebaran, tak ada baju baru, tak ada rencana jalan-jalan. Kami akan tetap di rumah sambil berharap tak ada tamu yang datang. Tentunya tak niat sombong, apa juga yang mau disombongin.
Alhamdulillah ada yang menghadiahkan kue lebaran. Ada yang mengirimi aneka lauk, bolu, minuman, dll. Sayang, tak ada yang mengirimi baju lebaran. Eh.
Bukan lebay apalagi paranoid, tapi ini bagian dari ikhtiar sekaligus dalam rangka menambah pahala. Sudah sejak awal Corona diketahui ada di Indonesia, kita diingatkan bagaimana tindakan Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam dan sahabat beliau ketika terjadi wabah. Jadi kami hanya melakukan sunnah yang sangat sederhana sekali.
Sayang dong, amal semudah itu disia-siakan. Kapan lagi dapat pahala cuma dengan di rumah!
Memangnya ngefek hanya dengan empat orang yang bertahan di rumah? Barangkali ada yang mengecilkan upaya kami ini. Aku lebih suka berpikir, jika ada empat orang di satu RT yang bertahan tetap di rumah, setidaknya ia mengurangi peluang penularan sekian persen.
Ada berapa RT di Indonesia? Pasti banyak sekali. Kali empat orang! Tentu lumayan jumlahnya. Daripada kesal dan kecewa kepada yang tak peduli, lalu ikut-ikutan tak peduli, lebih baik tetap jadi diri sendiri. Lebaran di rumah, insyaallah kita tetap bisa hepi.