Seharusnya kisah ini kuceritakan di awal Ramadan. Agak basi kalau dibagikan sekarang. Tapi daripada tidak sama sekali, mengganjal rasanya kalau tidak dituangkan.
Karena usianya, Mamakku beberapa kali libur puasa. Setiap kali tak puasa, tak terlihat beliau makan minum atau aktivitas lain yang menunjukkan bahwa beliau sedang tak puasa. Aku pun sampai tak tahu, kecuali setelah berbuka.
Ketika kami asyik menikmati menu buka puasa, beliau tidak ikut. Nah, baru aku ingat, ketika sahur beliau juga tidak bergabung. Artinya hari itu Mamakku tidak puasa.
Ternyata anak-anak juga memperhatikan. "Mbah ni hebat, kalo dak puaso dak ketauan. Beda dengan Ummi," celetuk si Kakak.
"Huu," balas suamiku memprovokasi.
Teringatlah aku kenangan puluhan tahun lalu saat aku duduk di kelas 6 SD. Waktu itu Ramadan. Saat jam istirahat, karena puasa, kami hanya bermain. Tanpa jajan.
Seorang teman secara sembunyi-sembunyi membawa cokelat dan jajanan lain (aku lupa) masuk ke dalam kelas, lalu diletakkan di lacinya. Waktu itu hanya aku yang menyadari, karena kelas sedang sepi.
"Ih, Mala idak puaso," kataku, lebih kurang begitu.
Telunjuknya ditempel ke bibir, "Sst! Aku lagi halangan," balasnya.
"Halangan tu apo?"