Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Misteri Penglaris Siomay

Diperbarui: 2 Mei 2020   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Food vector created by stories - www.freepik.com

Kejadiannya sudah belasan tahun lalu. Waktu itu aku sedang di Blok M, menuju toko buku Gramedia. Karena kepagian, toko belum buka. Belum pukul 10.

Sembari menunggu gramed buka, aku keliling dulu mencari ganjal perut. Dari rumah memang belum makan. Sampailah aku di salah satu kios makan (aku merasa ini bukan kata yang tepat, tapi belum ketemu gantinya). Yang tertulis di sana "siomay dan batagor". Ada buah kelapa yang dijajar di dekat gerobak siomay. Tendanya berwarna biru muda. Kupesan seporsi siomay dan air mineral gelas.

"Gak ada aqua gelas, Neng. Ini aja!" kata penjualnya sambil mengangsurkan air mineral dalam kemasan botol kaca.

Pasti mahal, batinku. Duit kiriman kakakku sering kurang. Niat makan ringan malah keluar duit banyak, mana buku yang dicari belum dapat.
Benar saja, harga siomay dan airnya terasa mahal sekali untuk ukuran kantongku. Lupa angkanya, tapi mahalnya masih terasa sampai sekarang. Lebay.

Yang bikin dongkol itu, selain mahal, siomaynya tidak enak! Ditambah lagi, cuma kios pinggiran aja minumnya air mineral botol kaca.
Kuingat baik-baik posisi dan ciri kios itu. Jangan sampai ke sana lagi!

Sudah lama berlalu, aku harus ke Blok M lagi. Lupa urusannya apa. Setelah atau sebelum salat, aku kelaparan. Dari musola, aku berjalan mencari tempat makan yang cocok dengan kantongku. Walau waktu itu sudah paham, di Blok M apa-apa mahal! (dulu ... entah kalau sekarang).

Akhirnya aku masuk ke sebuah kios. Baru duduk, aku seperti mengenal tempat itu. Gerobaknya, tendanya, deretan botol kaca di atas meja .... Masih aku mengingat-ingat, si penjual tanya, "Siomay atau batagor, Neng?"

Ya ampun! Ini si bapak siomay yang dulu gak enak itu. Karena sudah telanjur duduk, tak enak hati mau keluar lagi. Ya sudah, kali ini aku pesan batagor. Siapa tahu siomaynya mengecewakan, tapi batagornya mantap punya.

Meski piring di depanku akhirnya kosong juga, tapi penilaianku terhadap batagornya tak beda dengan siomay dulu. Gak enak! Dihabiskan karena lapar, dan sayang duitnya.

Aku rela seret rasa di leher, demi mempertahankan duit daripada dipakai bayar air mineral botol kaca. Kulihat baik-baik kios itu, pemandangan di dalam dan luarnya kuhafalkan sekuat pikiran. Jangan sampai ke sini lagi, bodoh! Aku memaki diri sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline