Aku punya seorang kawan yang luar biasa. Setiap hamil, ia tak kenal dengan yang namanya morning sick. Begitu pula dengan salah satu kakakku, yang justru keheranan melihat aku dan adiknya yang lain saban hamil selalu mabuk.
Tak ada mual pusing sedikit pun, begitu katanya. Bahkan saat hamil keponakanku yang pertama, kakakku ini tidak tahu sedang hamil. Ia bekerja seperti biasa, nyaris tanpa perbedaan dengan kondisi normal.
Aku sempat kesal dengan diri sendiri, kenapa kalau hamil susah betul sekadar menjalani hari. Tapi kawanku yang pertama tadi mengingatkan, jangan samakan kondisi kita dengan orang lain!
Benar saja. Kalau aku di kedua kehamilan hanya mabuk di trimester awal. Rekan kerjaku dulu, setiap hamil dia cuti setahun! 9 bulan untuk hamilnya, 3 bulan untuk menyusui dan penyembuhan.
Kok bisa? Ya bisa. Dia yang punya perusahaan. Itu bos! Bukan rekan kerja. Oh ya, maaf. Efek saking dekatnya hubungan karyawan-owner waktu itu.
Berpuasa Saat Hamil
Menyadari kondisiku yang tidak fit di trimester awal, meski masa-masa mabuk telah terlewati, aku memilih berhati-hati ketika puasa. Hal ini tak lepas dari pesan kawan di atas.
Banyak kasus terjadi di mana ibu hamil tak menyadari kondisi janinnya yang tak sempurna karena ia berpuasa. Bukan menyalahkan puasanya, tapi keadaan masing-masing kita memang berbeda.
Ada yang ketika hamil tampak sehat-sehat saja, nyatanya memang ia dan kandungannya sehat. Tapi ada pula yang tampak sehat sementara janinnya tidak diperiksa. Sekadar mengira-ngira semua baik-baik saja, semata karena tak ada keluhan.
Itulah yang terjadi pada salah satu pasien di sebuah rumah sakit, tahun 2010. Kami satu ruangan waktu itu, ketika aku melahirkan anak pertama.
Aku tak tahu berapa usianya, tapi ibu itu memanggilku "Adek". Kalau tak salah ingat, ia kehilangan anak ketiga atau keempat, bayi yang telah dikandungnya selama 6 bulan.
"Adek ni enak, biak pun operasi, anaknyo ado. Sayo sudahlah sakit operasi, anaknyo dak ado," katanya sendu.