Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Nyeseknya Artikel Tanpa Label "Pilihan"

Diperbarui: 8 Maret 2020   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Andrew Neel on Unsplash

Dari sekian banyak platform menulis di internet, ada empat yang sampai hari ini masih setia kusambangi. Untuk mengirim tulisan atau sekadar baca-baca artikel penulis lain. UC, Kaskus, Kompasiana, dan blog pribadi.

UC dan blog pribadi mesti tak rutin diisi, tetap menghasilkan. Beda dengan Kaskus dan Kompasiana yang perlu sekian views baru diganjar reward. Lah kok tetap bertahan?

Sederhana sih, kedua platform ini cocok untuk tempatku curhat. Di UC, butuh judul semenarik mungkin agar orang sudi bertandang. Sedangkan blog, harus pandai-pandai bermain keyword dan macam-macam penerapan SEO (search engine optimization). Syukur-syukur yang datang juga mengklik iklan.

Sedangkan Kompasiana dan Kaskus, jujur saja, yang awalnya hanya untuk menanam backlink ternyata nyaman juga untuk berbagi cerita. Banyak tidaknya yang baca, terserah aja sih. Toh, terlampiaskan juga hasrat ngegosipku sebagai perempuan biasa.

Awalnya begitu, tapi makin ke sini lumayan nyesek juga kalau artikel di Kompasiana tidak mendapat label "pilihan". Di Kaskus, untuk mendapat poin, artikel harus lolos review, dan itu dikabari via email. Sampai saat ini belum kutemukan jurus sakti agar tulisan bisa mendapat "kehormatan" itu.

Kadang ketika hati sedang bte, tahu-tahu artikel yang diposting dianggap layak highlight oleh admin, rasanya separuh kebosanan menguap begitu saja. Tapi jangan tanya rasanya, ketika bad mood melanda, dan tulisanmu muncul tanpa embel-embel "pilihan". Rasanya pengin lari jauh-jauh. Sayangnya lari itu bikin capek.

Pernah satu hari aku dibuat gondok berganda. Ketika views di UC dan blog anjlok, Kompasiana pun tak menganggap tulisanku pantas masuk dalam daftar highlight. Kaskus kuabaikan. Bahkan laptop pun kumatikan. Aku uring-uringan. Dasar penulis kacangan!

Untungnya ada buku dan film yang selalu berhasil mengembalikan suasana hati pada kewarasan. Sebentar saja rasa rindu untuk kembali menulis muncul menggebu-gebu. Padahal suami sudah kirim duit, tagihan tidak ada, pulsa dan dapur juga aman.

Nyatalah menulis itu bukan semata-mata urusan uang. Ya kan?

Tapi nulis itu butuh waktu luang, yang seharusnya bisa dipakai untuk cari uang. Gitu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline