Ada wacana menarik yang dilempar ke publik oleh Menteri Agama, Fachrul Razi. Dikutip dari bbc.com (31/10/19), Kemenag akan mengatur pemakaian cadar dan celana cingkrang bagi ASN di institusi pemerintahan dan lembaga pendidikan.
Tak pelak, wacana ini membuat geram berbagai pihak. MUI sendiri menyebut, tindakan Menteri Agama yang belum sebulan dilantik itu akan membuat gaduh masyarakat.
Bahkan bagi sebagian orang, aturan tersebut berpotensi melanggar Hak Asasi Manusia. Tapi aku curiga, sebagaimana yang sudah-sudah, pemerintah terbiasa dingin terhadap pendapat masyarakat.
Makin "menggemaskan" ketika Fachrul Razi menyebut bahwa cadar adalah budaya Arab. Mungkin rok pendek anak-anak sekolah di sinetron itu baru budaya Indonesia!
Aku bukan orang yang punya kapasitas untuk membahas dalil terkait cadar, aurat, dsb. Bahkan aku juga bukan pengguna cadar, kecuali masker karena di sini setiap tahun kebagian asap karhutla.
Tapi tidak mungkin sekelas menteri agama tidak tahu, bahwa seluruh ulama sepakat cadar adalah budaya Islam, bukan budaya Arab. Meski sebagian menghukumi wajib, sebagian lagi sunah, ada pula yang boleh.
Dengan dalih menangkal radikalisme, Fachrur Razi bahkan menyebut pengaturan celana cingkrang dan cadar tak lepas dari peristiwa yang menimpa Wiranto Oktober lalu.
Dengan kata lain, Menteri Agama dan pemerintah (jika wacana ini di kemudian hari benar-benar menjadi aturan yang ditetapkan), telah mengidentifikasi celana cingkrang dan cadar sebagai ciri khas seorang teroris.
Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan istrinya memang dengan apik telah memerankan sepasang suami-istri teroris. Sebagai cosplayer, mereka sukses melaksanakan tugas yang entah diembankan oleh siapa. Dengan berbagai kejanggalan yang mungkin akan terus jadi misteri hingga beberapa generasi, orang masih akan terus memberi label negatif terhadap muslimah bercadar dan laki-laki bercelana cingkrang. Berkat Abu Rara!
Tapi jangan lupa, terlalu banyak media yang keburu mengendus bagaimana keseharian Syahrial Alamsyah yang jauh dari masjid. Mengikuti berita tren Google, selang dua hari berikutnya, media berlomba-lomba mengangkat, betapa Abu Rara rajin ibadah sepulang dari Malaysia. Media mainstream lebih cepat dapat hidayah dari Abu Rara sendiri!
Selain tak pernah ke masjid, bahkan waktu salat Jumat, Syahrial Alamsyah juga sempat membuka bisnis judi dingdong di kota asalnya, Medan. Kalaupun memang dia kemudian berubah karena ikut pengajian tertentu, maka berantaslah aliran pengajian itu. Kenapa hilang fokus ke kostumnya?