Lihat ke Halaman Asli

suray an

A Daddy of Two

Kenapa Iklannya Musti Pakai Orang Berkulit Terang? Entahlah

Diperbarui: 20 Juni 2020   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap berhenti saat lampu merah di sebuah perempatan kota Jogja, mata ini disuguhi pemandangan landscape jejeran dan deretan baliho iklan raksasa dan "riksisi" di pojok kanan-kiri-depan pandanganku. Yup, iklan. Itulah entertainment(?) bagi mata di banyak perempatan kota ini.  Banyak yang mengeluhkan bagaimana Jogja telah jadi rimba iklan di sepanjang jalanan. 

Banyak yang mengeluhkan bagaimana keamanan baliho raksasa itu pas musim hujan yang lebat. Apa jadinya jika ada yang tumbang dan mengenai kendaraan yang lewat. Oh, tidak. Tak mau membayangkannya.  

Anyway, bukan itu yang jadi concern saya. Namun, itu lho, kog beberapa iklan pakai orang bule yang berkulit putih sih, padahal yang diiklanin adalah produk dan jasa lokal yang sakjane produk atau servisnya pun kemungkinan gedhe juga untuk orang-orang lokal. 

Belum lagi, kalau memang untuk orang Indonesia atau wong Newyorkarto, kenapa tho kog yo bahasa iklannya pakai bahasa Inggris? 

Wah, kalau saya juga mau ngomong tentang bahasa asing yang berseliweran di iklan-iklan negeri ini, nggak bakalan kelar ocehan singkat ini. 

Baiklah, balik ke isu dipakainya orang-orang bule tadi. 

Pagi tadi kulihat iklan besar sebuah mal di Jogja yang jelas-jelas itu malnya ada di Jogja. Lha wong aku juga sering ke sana. Itu mal sudah lama berdiri dan yang datang juga banyak orang-orang lokal---walaupun tentu saja turis atau warga asing pun juga ada. Iklan itu nampak dari jauh karena tulisannya gede-gueede dalam bahasa Inggris bertinta emas yang mengiming-imingi hadiah mobil. 

Wow. Siapa tak mau. Pasti banyak yang tertarik. Intinya dengan belanja di sana, siapa pun yang jadi anggota akan mendapat kesempatan memenangkan satu dari beberapa hadiahnya. Simpel sebenarnya. Namanya juga iklan. Pasti harus menarik. Saya saja tertarik. 

Namun, lagi-lagi, hati ini bertanya-tanya, tetapi kenapa ya kog pria dan wanita yang jadi bintang iklan sebuah mal di Jogja itu adalah orang yang bertampang bule? Ini iklan sebuah mal yang notabene para pengunjungnya juga banyak orang lokal lho. Tujuan iklan itu untuk menggaet orang lokal untuk jadi member mal itu dan ber-shopping ria di sana untuk siapa tahu dapat menggaet hadiahnya. 

Jadi, mengapa harus pakai dua pasang orang bule atau bertampang putih untuk menarik orang lokal? Saya langsung bertanya ke lubuk hati paling dalam, "Kalo misale yang jadi bintang iklan itu wong Jowo atau orang Indonesia atau orang lokal, apakah iklan itu juga akan tetap menarik?"

Nggak perlulah bintang iklannya harus orang lokal yang pakai blangkon dan baju kebaya untuk jadi bintangnya. Namun, mereka yang dilihat dari wajahnya saja  langsung terlihat orang lokal pun bisa bagus juga dipakai sebagai bintangnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline