Lihat ke Halaman Asli

Kelas di Sudut Sana

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak jarang kami harus mendengarkan celotehan mereka yang terkadang membuat hati kami sakit.Terlalu sering juga kami dianggap aneh bagi mereka dan kalian yang tak memahami sebenarnya kami.

Sore ini tidak terlalu ramai,namun cukup membuat Dosen berlapang dada mengajari kami dengan berbagaiteori yang terkadang membuat kami jenuh.Rasanya sulit untuk dimengerti .Sebenarnyaapa yang salah dari kami?Kedengarannya gosip yang beredar diluar sana ,kami adalah kelas yang paling bandal dan malas.Ntahlah.

Setiap hari kami selalu tak habis fikir ,kenapa harus ada pemetakan-pemetakan antara kami dan kalian?Atau memang kami saja yang sulit untuk beradaptasi dengan kalian? Kenapa setiap kenegatifan yang ada pada diri kami akan secepat kilat tersebar ?Seperti saat kasus soal ujian atau ketika ujian sedang berlangsung waktu itu.Rasanya pengawas itu sudah waspada untuk melindungi diri.Seakan-akan kami adalah sekumpulanbinatang-binatang buas kelaparan yang siap untuk menerkamnya.

Terkadang kami hanya bisa tertawa atas tingkah kalian yang begitu sangat konyol dan menggelikan terhadap kami.

Apapun yang kami lakukan sepertinya tidak cukup membuat kalian percaya bahwa kami mempunyai sisi lain yang tak pernah terlihat oleh kalian.Apa malah sebetulnya kalian tak sudi memandang hal itu dari kami?Sejatinya kami hanyalah manusia yang tak punya kesempurnaan apapun .

Kelas berukuran kecil disudut ituadalah saksi atas diri kami.Setiap sore kamimengisi kekosongan jiwanya .Atau mungkinhanya sekedar say hello ,ketika tiba-tiba Dosen tidak bisa datang untuk memberi kami teori.Sering sekali.Bahkan terlalu sering.Sampai kami bosan dan membuat semangat kami turun untuk serius menuntut ilmu.

Semakin hari,semakin jarang saja para Dosen sudi masuk kekelas kami .Walau hanya sekedar mengajarkan teori berakhlak dan berbudi.Cara bagaimana seharusnya bersikap baik kepada mereka dan kalian.Atau bagaimana cara agar kami tidak malas untuk masuk kuliah.

Sesibuk itukah? Hingga tak sempat mengabarkan kami yang mengharapkan kehadiran mereka?Yang mengharapkan kepedulian dari mereka atas kami penghuni kelas kecil disudut sana.

Percayalah,kami tidak seburuk itu!

Ya ,mungki benar apa yang mereka bilang “ Kalian ini sudah besar .Ini bukan saaatnya proses mencari jati diri lagi,tapi bagaimana cara kalian membentuk jati diriyang seharusnya sudah kalian temuukan itu”

Timbul pertanyaan dari diri kami “ Bisakah kami melakukan tanpa mereka?Apakah kami mampu?

Tak perlu kalian jawab ,kami mungkin bisa menebaknya dengan tepat.Atau malah jika kami ingin jawaban mereka ,apa mereka mau memberitahukannya?

“Mampu”

Kami yakin itu yangpasti da dibenak kalian .Tapi seberapa mampukah kami? Sedangkan 25 % yang mereka janjikan tak seperti kenyataan yang ada.

“Sungguh kritis dan menjijikkan” Itu mungkin komentar kalian terhadap kami.

Tidak! Ini bukanlah sebuah hal yang terlalu sulit untuk dipecahkan .Kami memang mampu sesuai dengan standar status kami dimata kalian.

Kami bukanlah tipe yang suka berkoak-koak didepan gedung.Atau diam terbodoh menunggu hujan dari langit.

Berlahan kami sadar ,Dari awal kami sudah salah.Mungkin itu yang membuat kalian memandang kami sebelah mata.Atau samasekali tidakmau memandang?

Apa kami tak sama dengan kalian? Yang menyicil uang kuliah setiap periodenya,Yang memohon dispensasi ketika ujian MID menghadang.Atau cara bertutur sapakepada mereka yang terkadang membuat jengkel dan kesal.

Ada dua hal yang mesti kalian tahu.Kita adalah manusia dan kita sama-sama menjalani kehidupan yang terlanjur lucu ini.Jadi sedikit banyaknya apakah kita berbeda?

Bukankah kita memakai almamater yang sama?Bukankah kita mencari kerja diwaktu luang yang ada ?Bukankah kita punya orang tua yang selalu mengkhawatirkan kita disana?

Jika ia..kenapa ? Kenapa nama kami tidak tercantum dalam daftar ujian dan harus mondar-mandir mencari ruang ujian.Padahal kalian sudah sibuk dengan soal-soal,atau bahkan sudah selesai mengerjakannya.Sedangkan kami? Ntah bagaimana seharusnya kami memperibahasakannya.

Rasa sakit hati terkadang muncul ketika hal-hal yang kalian lakukan mengusik fikiran kami.

Sekali lagi kelas disudut sana telah menjadi saksi bisu.Yang selamanya tak akan pernah bisa bicara apalagi mengaku.Mungkin jika air matanya terlihat,kami jga akan ikut menangis dengannya.Sungguh rapuh tubuhnya menampung beban berat kami.

Adakah kalian tahu jika sebenarnya kami mempunyai banyak sekali hal menarik ?Adakah kalian tahu jika kami selalu saling menanyakan kabar,bermain bersama,tertawa,marah bahkan sedihpun bersama.Tidak sulit untuk kami menyatuhkan perbedaaan itu dan mengukirnya menjadi satu bentuk yangindah .Ras ,budaya ,bahasa ,karakter ,prinsip dan tujuan yang berbeda.Kami sanggup mengikatnya.

Adakah kalian tahu bahwa kami ingin sekali bergabung bertegur sapa atau sekedar bertukar senyum denga kalian? Adakah mereka tahu kami selalu mengharapkan mereka datang,menegur kami,memotivasi kami untuk selalu semangat.Atau hanya menganggap kami ada disini.

Hanya yang tersulit bagaimana cara kami menghancukan tembokdan jarak yang terlanjur terbangun antara kita,kalian dan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline