Lihat ke Halaman Asli

Lokakarya Standarisasi Kemahiran Berbahasa Indonesia di Awali Dengan Tes UKBI

Diperbarui: 16 Oktober 2015   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dibuka secara resmi oleh Prof.Dr.Mahsun, M.S, lokakarya Standarisasi Kemahiran Berbahasa Indonesia dimulai dengan tes Uji  Kemampuan Bahasa Indonesia (UKBI).

Tes yang diikuti oleh narasumber utama dan narasumber pemdamping hanya diikuti oleh 20 orang dari  peserta keseluruhan yang berjumlah 44 orang.

Tes UKBI dilakukan bukan untuk menguji kemampuan peserta lokakarya, namun lebih bersifat sebagai pengenalan apa itu UKBI dan bagaimana bentuk tes itu yang sebenarnya. Pihak panitia menyebutkan “Sebelum narasumber dan peserta mengkaji lebih jauh tentang UKBI, ada baiknya peserta yang belum mengenal UKBI diberikan pengenalan melalui tes”.

Seperti halnya tes-tes formal lainnya, sebelum melaksanakan tes peserta diberikan arahan dan simulasi selama 25 menit dengan bentuk soal yang sama dengan tes sesungguhnya.

Tes UKBI yang berlangsung lebih kurang 2 jam itu hanya menyelesaikan 3 seksi  dari 5 seksi tes yang harus di selesaikan dalam tahapan tes yang sebenarnya. Tiga seksi tes yang dimaksud adalah seksi 1 (mendengarkan), seksi  2 (merespon kaidah), dan seksi 3 (membaca). Sedangkan seksi 4 (menulis) dan seksi 5 (berbicara)belum bisa diberikan dengan alasan keterbatasan sarana dan waktu.  Perolehan hasil UKBI ke 20 peserta tersebut akan disampaikan kepada peserta di hari kedua sebelum pelaksanaan kegiatan berlangsung. Jadi pihak panitia mengambil 3 seksi yang memungkinkan untuk dilakukan di ruangan hotel ini dan hasil bisa dikelola secepatnya.

Meskipun peserta tes berasal dari kalangan profesi dan pejabat,namun yang namanya tes tetap saja membuat peserta serasa “gimana gitu?”. Deg-degan sudah pasti.  Seperti yang dialami oleh Bapak Teguh perwakilan dari Antara, yang tidak nyenyak karena termimpi-mimpi “diposisi mana skor UKBInya nanti?.

Hasil tes UKBI 20 orang peserta tersebut menyebutkan, 10% berada ( marjinal), 9% (semenjana),52% (madya), 24% (unggul), dan 5% (sangat unggul).

Dua peserta yang memperoleh skor marjinal bukan karena kemampuan berbahasanya sangat minim, namun yang bersangkutan keliru memahami perintah pada soal seksi ke dua (pemahaman kaidah) sehingga jawaban dari seksi ini salah semua.

Gambaran hasil tes ini sekali lagi hanya sebagai pemetaan saja, bukan penilaian. Karena tes dilaksanakan  usai pembukaan dimana peserta belum mempunyai waktu istirahat yang cukup setelah menempuh macetnya jalanan ibu kota. Apalagi mereka yang berasal dari luar daerah, seperti perwakilan Forum Dosen yang di wakili oleh UGM, dan perwakilan Forum Rektor yang diwakili peserta dari Medan. Belum lagi suhu ruangan yang begitu dingin dan peserta yang mulai mengantuk. Tes dimulai pukul 20.00-22.00 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline