Menarik pernyataan dari Buya Hamka “ Kalau hidup hanya untuk hidup maka babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekedar bekerja maka kera juga bekerja”
Tentu Buya Hamka sebagai seorang ulama dan cendikiwan membuat pernyataan di atas bukan basa basi atau muncul secara tiba-tiba. Namun keprihatinan mendalam terhadap kehidupan masyarakat saat itu yang jauh dari makna hidup yang sesungguhnya. Banyak manusia yang melupakan atau tidak mengetahui hakekat hidupnya itu apa dan hendak kemana?
Ini juga sindiran yang sangat keras kepada siapapun yang bernama manusia. Kalau hidup sekedar hidup maka apa bedanya dengan babi yang hidup di hutan? Pemilihan kata babi untuk menunjukkan keparahan dari kebodohan seseorang karena babi adalah simbol binatang yang tergolong bodoh. Padahal manusia itu mahluk sempurna dengan adanya akal dan hati.
Ada beberapa golongan manusia dalam menghabiskan waktu hidupnya di dunia ini.
Pertama, hidup untuk menumpuk harta. Sehingga yang ada di kepala mereka adalah hanya mencari uang, harta atau kekayaan untuk bertahan hidup. Segala apa yang mereka lakukan dengan giat adalah usaha agar tidak punah. Mereka meyakini bahwa seolah yang menjadikan bahagia dan abadi adalah dengan banyaknya harta kekayaan mereka yang mereka kumpulkan. Manusia yang tipenya seperti ini biasanya disebut materialistis. Mereka cenderung pelit dan penuh perhitungan. Untung-rugi adalah mekanisme kerja mereka. Padahal dalam surat al Humazah, Allah swt dengan sangat jelas mengancam orang yang menumpuk-numpuk harta dengan ancaman neraka huthomah yaitu neraka yang apinya menyala membakar hingga ke hati.
Kedua, hidup untuk mengejar jabatan atau karier. Mereka habiskan hidupnya untuk bekerja dan bekerja untuk meraih puncak karier atau jabatan. Seolah eksistensi seseorang itu dari tingginya jabatan yang diperolehnya atau empuknya kursi kekuasaan yang didudukinya. Sehingga mereka cenderung ambisius atau haus kekuasaan, segala cara halal haram, kelicikan ditempuh untuk mendapatkan namanya jabatan. Ketika sudah menjabat ingin mengabadikan jabatan atau turun temurun kepada keluarganya.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H