Lihat ke Halaman Asli

Stevan Manihuruk

TERVERIFIKASI

ASN

Mewujudkan Kampanye Damai di Media Sosial

Diperbarui: 24 September 2018   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelepasan burung sebagai simbol perdamaian di Festival kampanye damai pemilu (Foto: kompas.com/ABBA GABRILIN)

Festival kampanye damai pemilu telah diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan melibatkan para kontestan. Harapan awalnya, itu bisa menjadi pesan bahwa kontestasi politik 2019 akan berjalan dengan damai dan lancar tanpa hoaks, tanpa SARA. 

Secara jujur harus diakui bahwa acara-acara semacam ini sebenarnya tak lebih dari sekadar seremonial biasa dan sekadar rutinitas saja. Berbicara soal manfaatnya, masih menjadi tanda tanya besar. 

Lihat saja, ketika para kandidat memamerkan kehangatan dan kemesraan di acara tersebut, perang antar pendukung khususnya di media sosial masih terus berlangsung sengit. Saling ejek, saling sindir, bahkan saling hujat terus terjadi. 

Insiden yang terjadi di acara festival kampanye damai pun langsung menjadi bahan perdebatan yang entah dimana ujungnya. Aksi SBY yang melakukan WO (Walk Out) pada acara tersebut langsung dijadikan bahan untuk menyerang pihak yang satu sementara pihak yang lain menjadikan itu sebagai bahan olokan. 

Ada lagi insiden burung yang tak bisa terbang saat dilepas salah satu cawapres yang langsung ramai jadi bahan olok-olokan di media sosial. Tak hanya itu, kostum yang dikenakan salah satu petinggi partai politik pun tak luput menjadi bahan ejekan. 

Maka, acara festival kampanye damai ini pun sudah langsung kehilangan makna. Acara ini terkesan menjadi sekadar ajang "kepura-puraan", tempat mencari perhatian, dan kesempatan mencari kesalahan lawan. 

Seruan menjadikan kontestasi politik 2019 sebagai ajang keceriaan dan kegembiraan, mungkin hanya menjadi sekadar pepesan kosong. Faktanya, para politisi berikut para pendukungnya terus habis-habisan melakukan bahkan menghalalkan segala cara demi meraih kemenangan.

Media sosial

Jika kita benar-benar serius ingin mewujudkan pemilu damai, maka tempat paling tepat untuk memulainya adalah di media sosial. 

Hari-hari ini kita menyaksikan media sosial sudah menjadi tempat paling "bau" oleh aroma permusuhan dan kebencian. Media sosial juga seolah sudah menjadi "pabrik" sekaligus "pasar" informasi hoaks dan penggunaan isu SARA yang jelas-jelas berbahaya bagi kehidupan sosial masyarakat.

Kita menyaksikan, ada banyak pergesekan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat juga diawali dari konflik dan penyebaran konten-konten kebencian, berita bohong di media sosial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline