Bangsa kita sudah boleh bernafas lega. Salah satu hajatan besar berskala internasional, Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang telah sukses diselenggarakan. Berbagai pujian dari dunia internasional berdatangan.
Indonesia berhasil membuktikan diri mampu menjadi tuan rumah dan penyelenggara yang baik. Prestasi para atlet kita yang ikut berlomba dan bertanding juga membuat Indonesia sukses menempati posisi 4 besar pengumpul medali terbanyak. Indonesia berhasil mengumpulkan total 98 medali dengan rincian: 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Dari sisi penyelenggaraan, sebenarnya ada banyak hal yang sempat membuat kita khawatir, salah satunya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Waktu penyelenggaraan Asian Games 2018 kebetulan memang bertepatan dengan datangnya musim kemarau.
Indonesia punya pengalaman buruk terkait kasus kebakaran hutan dan lahan. Itu yang membuat kita sempat kuatir. Jika kebakaran hutan dan lahan tak bisa diatasi, akan timbul kabut asap yang bisa meresahkan banyak orang. Bangsa kita pasti malu ketika tamu-tamu dari negara lain bisa melihat langsung kabut asap yang terjadi.
Bahaya dan risiko
Tahun 2015 kebakaran hutan dan lahan yang cukup hebat pernah melanda 5 (lima) provinsi di tanah air yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Kebakaran yang terjadi kemudian menyebabkan asap pekat yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kabut asap itu membuat aktivitas warga terganggu. Mereka terpaksa harus selalu menggunakan masker saat keluar dari rumah. Aktivitas pendidikan terganggu lantaran banyak sekolah yang terpaksa diliburkan. Jadwal penerbangan pun banyak yang dibatalkan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Data WALHI per Oktober 2015 juga menyebutkan sekitar 25,6 juta orang terpapar asap dan mengakibatkan 324.152 jiwa yang menderita ISPA dan pernafasan lain akibat asap. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) melampaui batas berbahaya, bahkan hingga enam kali lipat seperti yang terjadi di Kalteng dan Kalbar. Nyawa 12 orang anak-anak melayang akibat asap; 4 balita di Kalteng, 3 orang di Jambi, 1 orang di Kalbar, 3 di Riau dan 1 orang di Sumsel.
Kerugian secara ekonomi pun sudah menyentuh angka yang cukup fantastis. Bank Dunia menyebutkan kebakaran hutan dan lahan Juni-Oktober telah memusnahkan 2,6 juta hektar hutan dan lahan pertanian di seluruh Indonesia.
Biaya ekonomi yang harus ditanggung Indonesia diperkirakan mencapai Rp.221 triliun atau sekitar US$ 16,1 miliar, setara dengan 1,9 persen dari prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2015. Sebagai perbandingan, biaya untuk membangun kembali Aceh setelah dilanda tsunami hebat tahun 2004 "hanya" mencapai sekitar US$ 7 miliar.
Sementara itu, situs mongabay.co.id dalam "Kilas Balik Peristiwa Lingkungan 2015" mencatat; bulan Oktober 2015, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merilis luas lahan terbakar 1 Juli-20 Oktober 2015 mencapai 2.089.911 hektar dengan rincian 618.574 hektar lahan gambut dan 1.471.337 hektar non gambut. Kebakaran ini setara 32 kali luas Jakarta atau empat kali Pulau Bali.