Pada salah satu akun media sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), saya menyaksikan film pendek berdurasi kurang dari enam menit. Film tersebut diberi judul "ATLET API INDONESIA - Manggala Agni, Pengendali Kebakaran Hutan dan Lahan". Saya cukup antusias menyaksikannya.
Film tersebut menggambarkan dedikasi dan perjuangan personil Manggala Agni, Kementerian LHK yang sehari-harinya bertugas mengendalikan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Ketika musim kemarau tiba, ancaman terjadinya kebakaran menjadi berlipat kali ganda. Sedikit saja percikan api sudah cukup untuk membakar lahan yang berhektar-hektar luasnya. Ketika api sudah telanjur membesar dan menyebar kemana-mana, maka tugas para pengendali api menjadi kian sulit bahkan berbahaya. Jika tak ekstra hati-hati, maka nyawa bisa menjadi taruhannya.
Patut disesalkan karena masih ada ulah oknum nakal yang dengan sengaja memanfaatkan musim kemarau untuk membersihkan lahan miliknya dengan cara membakar. Mereka seolah tak peduli dengan bahaya yang bisa ditimbulkan.
Victorio, salah satu personil Manggala Agni yang bertugas di Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan menuturkan kisahnya. Ia sudah bertugas selama 12 tahun dan karena tuntutan profesi masih harus berjauhan dengan keluarga.
Setiap hari, mereka selalu siaga untuk memantau titik api (hotspot) berdasarkan pantauan citra satelit maupun laporan warga. Mereka langsung melakukan patroli ke lokasi-lokasi yang terdeteksi telah terjadi potensi kebakaran.
Mereka tentu tak sendiri. Operasi gabungan kerap dilakukan bersama-sama dengan pihak terkait misalnya kepolisian, tentara dan warga desa.
Dukung Asian Games
Perjuangan ekstra untuk mengendalikan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan harus dilakukan karena bertepatan Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games 2018. Jakarta dan Palembang, dua kota yang ditunjuk sebagai pusat penyelenggaraan kegiatan pertandingan.
Kesempatan ini tentu tak boleh disia-siakan. Apalagi di sepanjang sejarah pelaksanaan Asian Games, baru kali inilah untuk kedua kalinya Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah, setelah sebelumnya di tahun 1962.
Dengan kata lain, butuh waktu 56 tahun lamanya bagi Indonesia bersabar menunggu untuk ditunjuk kembali sebagai tuan rumah penyelenggaraan pesta pertandingan olahraga antar negara-negara di benua Asia.