Lihat ke Halaman Asli

Stevan Manihuruk

TERVERIFIKASI

ASN

Pemimpin Bekerja, Rakyat Mencatatnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi memang sosok pemimpin yang cukup fenomenal. Tahun 2012 lalu, ia masih bertarung pada Pilkada DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Tidak berstatus unggulan, Jokowi-Ahok lolos ke putaran kedua, bahkan akhirnya terpilih menjadi pemenang setelah berhasil mengalahkan kandidat incumbent Foke-Nara.

Masih beberapa bulan bekerja membenahi Jakarta, pamor Jokowi terus melesat dan mulai dilirik sebagai sosok yang potensial sebagai calon presiden. Seiring berjalannya waktu, hasil survey menunjukkan keterkenalan dan keterpilihan Jokowi di mata publik terus meningkat dan bahkan jauh meninggalkan tokoh-tokoh lain yang diprediksi akan maju sebagai calon presiden. Hanya pertanyaannya, akankah PDI-P mencapreskan Jokowi?.

Baru-baru ini, pertanyaan tersebut sudah terjawab. Jokowi dapat mandat untuk maju sebagai calon presiden dari PDI-P. Meski tanpa acara deklarasi besar-besaran, hanya pembacaan surat resmi yang ditulis dan ditandatangani oleh ketua umum PDI-P, lalu disambut Jokowi dengan pernyataan kesediaan dan kesanggupan sembari mencium bendera merah putih. Namun demikian, peristiwa ini tetap merupakan berita besar yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama oleh publik.

Buku (Yang) Unik

Buku “Jokowi (Bukan) Untuk Presiden” merupakan kumpulan 66 tulisan mengenai Jokowi dari 42 Kompasianer (sebutan blogger Kompasiana) yang pernah ditayangkan di situs Kompasiana. Menurut Nurulloh, editor buku ini, proses pengumpulan, penyaringan, sampai klarifikasi kepada tiap penulis merupakan proses yang panjang karena sejak Kompasiana menayangkan pengumuman rencana penerbitan buku tentang Jokowi ini, terdapat ratusan artikel yang direkomendasikan masing-masing Kompasianer kepada Kompasiana.

Buku ini menjadi khas karena diisi oleh puluhan tulisan dari puluhan orang dengan keragaman pandangan/opini, laporan dan ulasan dengan gaya bahasa yang lugas, mudah dicerna, dan apa adanya. Sebagaimana tulisan khas warga, maka para penulis hampir tanpa disertai adanya kepentingan menuliskan apa saja yang difikirkannya, baik pro ataupun kontra.

Saya setuju, bahwa buku ini terasa cukup kaya informasi karena melihat Jokowi dari berbagai sudut pandang yang mungkin tak banyak diketahui publik. Rekam jejak Jokowi saat menjadi Walikota Solo, sistem yang berhasil dibangunnya, bahkan pandangan warga Solo saat Jokowi akan maju pada Pilkada DKI Jakarta tergambar cukup jelas pada Bagian 1. Hiruk pikuk Pilkada DKI Jakarta pada Bagian 2 tidak hanya mengulas peluang Jokowi untuk memenangkan pertarungan, tetapi juga harapan sekaligus refleksi warga tentang sosok pemimpin yang dirindukan.

Pro-kontra terhadap sosok Jokowi dan kebijakannya tergambar pada Bagian 3. Beberapa penulis yang pro misalnya menyandingkan sosok Jokowi dengan pemenang kedua walikota terbaik sedunia, Lisa Scaffidi (hal.131), dengan Beethoven (hal.155), dan juga dengan mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin (163). Ada yang menguraikan keberhasilan Jokowi karena didukung pencitraan positif oleh media. Ada pula yang kontra sekaligus memberikan kritik misalnya terhadap kebijakan penaikan tarif parkir (hal.97), kebijakan ganjil genap (101), dan penyelenggaraan Monorel oleh pihak asing (hal.111). Tulisan yang berisi pro dan kontra juga mewarnai Bagian 5 terkait Pencapresan Jokowi.

Beberapa gebrakan yang dilakukan Jokowi juga diuraikan oleh beberapa penulis pada Bagian 4, misalnya pelaksanaan UN yang jujur, transparansi APBD DKI Jakarta, perhatian terhadap suku Betawi, gaya blusukan, dan kebijakan kampung deret. Dan akhirnya, beberapa tulisan yang mengingatkan beberapa tantangan yang harus dihadapi Jokowi di DKI Jakarta terangkum pada Bagian 6.

Tugas Pemimpin adalah Bekerja

Sebenarnya buku-buku mengenai tokoh-tokoh penting (termasuk tentang Jokowi) sudah banyak beredar di pasaran apalagi menjelang pemilu seperti saat ini. Namun, penerbitan buku-buku itu kebanyakan karena didorong oleh target-target (politik) tertentu, sehingga isinya pun bisa ditebak; menciptakan citra positif tentang tokoh tersebut. Itu bisa dilakukan dengan menceritakan kebaikan, keunikan, prestasi serta hal-hal baik tentang sang tokoh dan kalau ada isu-isu “miring” yang sudah diketahui publik terkait sang tokoh, maka buku tersebut bertugas “meluruskannya”.

Sedangkan buku “Jokowi (Bukan) Untuk Presiden” ditulis oleh para warga biasa alias kompasianer yang menulis dengan bebas tanpa honor, dan hampir tanpa ada niat/kepentingan tertentu. Lalu, apa alasan sehingga para warga seolah berlomba menulis tentang Jokowi?. Satu hal yang bisa disampaikan bahwa Jokowi merupakan tokoh pejabat publik yang unik. Keunikan Jokowi karena kebijakan dan tindakan-tindakannya sangat bertolakbelakang dengan kebiasaan kebanyakan pejabat.

Ketika kebanyakan pejabat sangat mementingkan citra, ia seolah mengabaikannya. Ketika kebanyakan pejabat selalu tampil jaim ia justru tampil layaknya wong ndeso. Ketika pejabat bekerja biasa-biasa saja sesuai sistem dan pola kerja yang sudah ada, ia justru gemar membuat terobosan. Ketika pejabat biasanya duduk nyaman di ruangan kerja yang nyaman ber-AC menunggu laporan, ia justru rajin blusukan ke tempat-tempat kumuh, bau dan kotor mencari akar persoalan dan segera dicarikan jalan penyelesaian.

Jokowi seolah ingin menyampaikan pesan bahwa tugas seorang pemimpin semata-mata adalah bekerja dan melayani rakyat yang dipimpinnya, tidak ada yang lain. Citra baik dan persepsi positif seorang pemimpin akan terbentuk jika ia benar-benar tulus menunjukkan keberpihakan pada rakyatnya. Ketika pemimpin sudah bekerja dan melayani dengan sungguh-sungguh, rakyat pasti mencatatnya. Ini yang sudah ditunjukkan Jokowi. Ia tidak perlu mencipta banyak lagu atau menulis buku untuk membuat dirinya dikenal dan dipercaya publik. Mengutip istilah Nurulloh, justru warganya yang dengan sukarela menuliskan mulai dari ujung rambut ke ujung kaki Jokowi. Seperti Jokowi, setiap pejabat publik hanya perlu melakukan hal-hal yang sudah seharusnya dilakukan pemimpin; Bekerja dan Bekerja..!!

Jambi, 22 Maret 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline