Lihat ke Halaman Asli

Program Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV) di Yogyakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oral Polio Vaccine-OPV

Inactivated Polio Vaccine (IPV) Induction Program in Yogyakarta

Masalah VAPP dan VDPV Akibat Pemakaian Vaksin Polio Oral OPV: Cerita tentang pemakaian vaksin poliomyelitis di negara berkembang, khususnya di Indonesia, banyak hal yang perlu kita pahami dan mengerti, mengapa sampai saat ini, negara kita masih mengambil kebijaksanaan tetap menggunakan vaksin polio oral atau OPV yang sudah jelas-jelas banyak menimbulkan masalah bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan, juga menimbulkan masalah VAPP yaitu terjadinya kasus lumpuh pada anak yang menerima vaksin polio OPV sebelumnya, akibat ulah virus yang dipergunakan  dalam vakin polio oral OPV  yang berpotensi berubah menjadi ganas karena terjadinya mutasi genetik virus polio yang telah dilemahkan sebelum dipakai sebagai antigen dalam vaksin untuk melawan penyakit dan virus poliomyelitis. Menurut data WHO, maka akan terjadi kelumpuhan VAPP sebanyak 4 kasus / 1.000.000 kelahiran bayi, dalam setiap kali pemakaian vaksin OPV untuk imunisasi dan vaksinasi penyakit poliomyelitis. Juga masalah VDPV yaitu beredarnya virus polio "liar" dan ganas (wild polio virus) yang sebelumnya adalah berasal dari virus polio yang dipakai dalam vaksin polio OPV, dan mejadi  masalah penularan penyakit polio bagi mereka yang tidak kebal dan juga menjadi masalah pencemaran lingkungan dan potensi terjadinya KLB atau kejadian luar biasa  penyakit poliomyeltis pada suatu saat nanti. [caption id="attachment_680" align="aligncenter" width="300" caption="Oral Polio Vaccine - OPV"] [/caption] Masalah Penyebaran Virus Poliomyelitis Lintas Batas Negara : Virus dari vaksin polio oral itu bisa menyebar luas dan menimbulkan masalah kesehatan jika cakupan vaksin OPV itu rendah disuatu daerah, karena virus dari vaksin ini bisa menjadi ganas kembali dan menimbulkan kasus penyakit polio dan kejadian luar biasa penyakit polio disuatu daerah, seperti 46 kasus cVDPV yang terjadi di pulau Madura pada tahun 2005 yang lalu. Diseluruh dunia antara tahun 2000 - 2009, telah terjadi 12 kali kejadian luar biasa penyakit polio karena cVDPV di 3 benua dan satu kali yang dalam skala besar di Nigeria Vaksinasi poliomyelitis tetap kita perlukan dan harus dipertahankan cakupan imunisasi yang tinggi (vaccine coverage) agar supaya tercapai yang kita kenal sebagai kekebalan kelompok atau herd immunity terhadap penyakit poliomyelitis ini. Karena sekarang masih tersisa 4 negara dimana penyakit poliomyelitis masih endemik, yaitu negara Afganistan, Nigeria, India dan Pakistan. Virus polio ini bisa menyebar kenegara negara lain dan menimbulkan masalah kesehatan bagi negara tersebut seperti halnya yang terjadi di desa Cidahu Jawa Barat Indonesia pada tahun 2005, virus polionya ternyata berasal dari Nigeria, yang telah menyebar sampai ke Saudi Arabia dan akhirnya ke Indonesia. Data WHO juga menyebutkan bahwa antara tahun 2002 - 2008, tadinya sudah ada 26 negara yang dinyatakan bebas penyakit polio, namun kemudian terjadi kejadian luar biasa penyakit polio karena virusnya berasal dari Nigeria yang menyebar sampai ke 26 negara tersebut Masalah Efektifitas Vaksin Polio Oral OPV : Juga diragukan tentang keampuhan dan efektifitas vaksin polio oral OPV ini, dimana efek imunogenik untuk virus polio type 1 hanya sekitar 73% (range antara 36 - 99%), untuk virus polio type 3 hanya 70% (range antara 40 hingga 99%), dan masalah ini diduga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : - interaksi antara vaksin virus polio type 2 terhadap vaksin virus polio type 1   dan type 3,  yang terdapat dalam vaksin polio oral OPV trivalent. - interaksi antara virus vaksin polio dengan virus patogen lain didalam saluran pencernaan kita / entero viruses. - kadar antibody ibu /maternal antobody yang tinggi dinegara berkembang - vaksinasi sewaktu musim hujan, anak yang sedang sakit diarhe atau sedang menyusui sewaktu dilakukan vaksinasi polio oral OPV ini - ada kesimpulan yang mengatakan bawa iklim tropis dan sub tropis berpengaruh buruk terhadap efektifitas vaksin polio oral OPV ini Di India yaitu dinegara bagian Uttar Pradesh dan Bihar, telah dilakukan vaksinasi polio berkali-kali, bahkan banyak anak yang mendapatkan vaksin polio oral ini sampai 10 kali, pada waktu dilakukan vaksinasi polio masal, namun tetap saja ditemukan kasus polio baru pada anak yang telah diberikan vaksinasi polio oral didaerah tersebut, sehingga ditarik kesimpulan bahwa yang salah bukan program vaksinasi polio tapi ini melulu karena keampuhan dan efektifitas vaksin polio oral OPV yang  dipergunakan. Terbukti kemudian bahwa efektifitas vaksin polio OPV trivalent yang dipergunakan untuk imunisasi polio masal selama ini hanya 11% saja. Untuk mengatasi masalah efektifitas vaksin polio oral OPV, kemudian mulai dikembangkan vaksin polio oral yang monovalent, artinya dalam satu sediaan vaksin hanya mengandung 1 serotipe virus polio yang dilemahkan, misalnya mopv1 yang artinya dalam sediaan vaksin hanya mengandung virus polio serotipe 1 saja, demikian juga mopv 2 atau mopv 3. Dalam penelitian, ternyata dengan pemisahan serotipe virus polio ini, maka efektifitas vaksin monovalent ini adalah 30 - 60 % lebih baik daripada yang vaksin polio trivalent yang biasa kita pergunakan.. Pemakaian Vaksin Polio Injeksi IPV Pasca Pengendalian Penyebaran Virus Poliomyelitis: Indonesia sejak kejadian luar biasa KLB penyakit poliomyelitis pada tahun 2005, yang segera ditindaklanjuti oleh pemerintah yaitu DepKes dengan vaksinasi masal polio beserta pogram sususlan vaksinasi polio untuk daerah yang terjangkit dan sekitarnya, maka sampai hari ini kita sudah tidak menemukan lagi kasus polio yang baru di Indonesia. Sesuai dengan Program Eradikasi Penyakit Poliomyeitis WHO, dimana  untuk negara yang kasus polionya mulai terkendali dan sudah lebih dari 3 tahun tidak ditemukan adanya kasus polio baru, sudah waktunya untuk memikirkan pemindahan pemakaian vaksin polio oral OPV ke pemakaian vaksin polio suntikan IPV, dengan dasar pertimbangan dan pemikiran yang disebutkan diatas. Projek Introduksi Vaksin Polio Injeksi IPV di Provinsi Yogyakarta dan Sekitar Maka pada tahun 2007, pihak WHO bekerjasama dengan Departement Kesehatan Republik Indonesia dan pembuat vaksin dunia Sanofi Pasteur dari Prancis, telah menjalaain kerjasama untuk memulai memperkenalkan pemakaian vaksin polio bentuk injeksi atau IPV, yang nantinya akan menggantikan pemakaian vaksin polio oral OPV di wilayah negara  Republik Indonesia. Program introduksi vaksin IPV ini ditetapkan akan dilaksanakan di kota Provinsi Yogyakarta, yang mencakup kota Yogyakarta dan kabupaten sekitarnya. Melibatkan 55.000 bayi dan anak, untuk diberikan vaksin polio IPV saja, dan pemakaian vaksin polio oral OPV dihentikan di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk sejumah 55.000 bayi dan anak, maka setiap tahun telah disediakan logistik vaksin polio IPV sebanyak 250.000 dosis, selama lima tahun hingga tahun 2012 akhir. Program ini dimulai sejak tahun 2007 akan berlangsung selama 5 tahun hingga 2012, dan setelah itu akan dievaluasi hasil pemakaian vaksin polio IPV ini, dan akan menentukan sikap kita, apakah vaksin polio IPV ini bisa menggantikan pemakaian vaksin polio oral OPV, dengan menilai beberapa hal : - ada tidaknya kasus baru polio sejak pemakaian vaksin polio IPV - ada tidaknya virus polio liar yang ditemukan dalam sistim pembuangan air limbah kota Yogyakarta dan sekitarnya - menilai kejadian ikutan pasva imunisasi/ KIPI akibat pemakaian vaksin polio IPV - pertimbangan biaya kesehatan untuk menyediakan vaksin polio IPV ini yang memang lebih mahal daripada vaksin polio oral OPV Latar Belakang Provinsi Yogyakarta dan daerah sekitarnya dipilih menjadi pilot project program introduksi pemakaian vaksin polio IPV adalah sebagai berikut : 1. Karena cakupan bermacam jenis vaksinasi primer yang sangat tinggi di provinsi Yogyakarta dan daerah sekitarnya 2. Mempunyai sistim pembuangan limbah kota yang memadai untuk memantau adanya virus polio liar asal vaksin dilimbah pembuangan tersebut/VDPV 3. Telah mempunai sistim pemantauan dan pelaporan penyakit poliomyelitis dan kejadian lumpuh layu AFP yang baik Evaluasi Akhir Projek Introduksi Vaksin Polio Injeksi IPV Pada awal 2012, telah diadakan pertemuan Evaluasi Tahunan tentang Projek Introduksi Pemakaian Vaksin Polio IPV ini di Yogyakarta, dan menurut hasil yang telah didapatkan sepanjang tahun 2007 hingga 2012, maka dinyatakan bahwa : - Vaksin Polio Injeksi IPV ini adalah sama efektif seperti vaksin polio oral OPV dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit polimyelitis di Yogyakarta dan sekitarnya - Vaksin Polio Injeksi IPV tidak menimbulkan kasus VAPP yaitu kelumpuhan akibat vaksin polio dan juga tidak ditemukan adanya virus polio asal vaksin dan virus polio liar didalam sistim pembuangan air limbah di kota Yogyakarta dan sekitarnya - Vaksin Polio Injeksi IPV dinilai cukup aman karena tidak menyebabkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang berarti dibandingkan dengan vaksin polio oral OPV - Sehingga disimpulkan bahwa pemakaian vaksin polio injeksi IPV ini bisa dilanjutkan di Provinsi Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Skema pemakaian vaksin polio Karena masalah biaya tambahan yang cukup besar bila cakupan vaksin polio injeksi IPV ini harus dilaksanakan di suatu negara secara serentak, maka telah diajukan beberapa jenis skema vaksinasi polio, yang tujuannya tetap mempertahankan angka penyakit polio yang serendah mungkin dengan cakupan vaksinasi yang luas dan terjangkau, yang nantinya setelah suatu periode akan mengalihkan pemakaian vaksin polio injeksi IPV secara nasional. Skema yang diajukan antara lain : 1. Pemakaian OPV dan IPV secara bergantian Yaitu 2 dosis awal IPV yang dilanjutkan dengan 2 dossi OPV , hal ini akan mengurangi kejadian VAPP, yaitu kasus lumpuh pada penerima vaksin polio oral OPV saja, hingga 95% dan juga mengurangi kasus VDPV secara bermakna. 2. Pemakaian seluruhnya dengan vaksin polio IPV Hal ini tentu sangat ideal bagi kesehatan lingkungan dan program eradikasi polio dinegara tersebut, karena bisa secara total menghindari kejadian VAPP dan VDPV akibat pemakaian vaksin polio  oral OPV, namun harus diingat biaya yang cukup tinggi untuk penyediaan vaksin polio IPV ini. Apa  Pilihan Kita ? Saat ini untuk Indonesia, tetap tersedia vaksin polio oral OPV yang sudah disediakan dalam program vaksinasi Nasional dan juga tersedia vaksin polio injeksi IPV yang pengadaanya harus kita biayai sendiri, dan pilihannya ada ditangan kita ... Impian kita adalah, dimasa depan, tidak lagi ada satu anakpun yang menjadi lumpuh karena penyakit poliomyelitis ! [caption id="attachment_681" align="aligncenter" width="240" caption="Anak SehatSource: tipskesehatan.web.id"]

Anak Sehat

[/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline