Lihat ke Halaman Asli

Jejak-jejak Peziarah

Diperbarui: 25 Januari 2022   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Keluarlah dari sembunyimu wahai roh para pujangga purba,
bangkitlah dari sisik-sisik batu,
dari lipatan-lipatan kitab tua.
Lihat mumi-mumi puisi kalian ini sedang meluap membanjiri pori bumi

Remaja mengerubungi rumah-rumah pustaka, mengacak-acak Gurindam Duabelas dan sebaris Bulan di atas Kuburan Malam Ramadhan yang dierami Sitor Situmorang dengan air mata.

Kemarin kurindukan engkau, dengan kemenyan yang masih berasap-asap lalu kubuahi rahim-rahim puisi dengan arangnya agar lahir bayi-syair yang lebih mancung dan lebih gagah dari Eyangnya.

Kita sama-sama pernah saksikan purnama meleleh di kelambu dan gerimis yang membatu dibalik bantal. Kita, yang buru-buru mencoretkannya dibalik saputangan jam satu lewat tengah malam.

Keluarlah dari batu-batu nisanmu, wahai sipenulis batu dan kulit kayu.
Lihat kalian huruf-huruf bukumu ini,
Semua telah beterbangan di udara. Abadi di balik kaca-kaca.

Gubuk Rasa. Samosir, lewat tengah malam '21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline