Lihat ke Halaman Asli

Buku Berjudul Air Mata

Diperbarui: 24 Januari 2022   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hei, para yang terbit dan terbenam di kematian!
yang cuma berjatahkan rasa lapar, haus dan rasa sakit.

Meringislah.
Menangislah jika harus.
Mengeranglah, sebab cuaca itu benar-benar sakit.

Yang terbit dan terbenam dari tangisan!
Jelajahi saja letihmu dengan malu.
Sebab tanah ini bukan kesombongan,
atau kekuasaan. Ini cuma adegan.
Hanya sesaat, dan cukup melelahkan.

Yang terbit pasti terbenam.
Miliki waktu ini sesempurna purnama yang juga hanya sekejap.
Segalanya cuma sehelai bayang-bayang yang retas. Yang hanya patuh pada takdir yang sangat deras. 

Mondar-mandir. Dan lalu tamat dalam dalam buku usang berjudul air mata.


Samosir. Oktober kering '16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline