Lihat ke Halaman Asli

Politik Menggembosi Lumbung Lawan, Trik Cerdik Parpol Bertahan dari Kepunahan

Diperbarui: 4 Februari 2019   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jelang pesta demokrasi 17 April 2019 mendatang, cuaca perpolitikan di kalangan partai politik semakin memanas.

Partai pro dan kontra semakin berani menunjukkan sikap dan keputusan langkah jurus politiknya dengan blak-blakan mengumbarnya ke pulik sebagai upaya merebut simpatik para calon pemilih pada Pemilu mendatang.

Sebagaimana tujuan dasar Parpol yang hanya bertugas mencapai tujuan dengan cara apapun, para pemain/aktor politik dari masing-masing kubu dituntun kelihaian pemikiran dalam rangka pemaksimalan target membesarkan partai dengan cara mendulang suara sebanyak-banyaknya dan menukangi kursi seramai-ramainya.

Sebab kursi adalah jalan satu-satunya atau kekuasaan yang absolut untuk bisa berkuasa dan memegang kendali atas kebijakan sebuah pemerintahan yang menganut jalan demokrasi.

Berburu kursi dengan berbagai rayuan dan berburu suara dengan beribu janji sudah menjadi kebiasaan yang tak lagi tabu dalam konteks politik dewasa ini. Bertarung secara ide dan berjuang secara tenaga dan materi termasuk kunci utama meraih peluang membesarkan partai.

Pada Pemilu kali ini, yang sedikit berbeda dengan pelaksanaan Pemilu sebelumnya dimana issu Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden termasuk menjadi bumbu panas dalam perdebatan proses pertarungan partai-partai. Pro dan kontra koalisi partai politik semakin kompleks memainkan jurus-jurus suksesi.

Kelihaian pembacaan situasi dan pemetaan lapangan dituntut dari para calon legislatifnya. Baik Caleg Pusat sampai Caleg-Caleg yang bertarungy di daerah. Bahkan para kepala daerah kader dari Parpol tertentu juga mulai dipicu untuk bergerak cepat membaca situasi lapangan dan akar rumput dan ditugasi untuk segera memutuskan propaganda politik sekaligus manuver politik jika diperlukan demi menyelamatkan nama partainya.

Seperti misalnya berita yang semakin hangat belakangan bahwa beberapa politisi partai "X" telah berlomba-lomba mengumumkan dukungan visual dan vokalnya kepada calon Presiden dan wakil Presiden "AB" di berbagai daerah pemilihan tertentu. Baik di baliho, spanduk dan pernyataan politik di media sosial dan media massa.

Tersebab politik juga dituntut mampu mengedepankan logika daripada emosional. Sepertinya para politikus yang mulai mapan tak mau jika mereka harus mati konyol jika terus ngotot mengumbar logo, sosok Capres dan visi-misi Parpolnya kepada warga yang jelas-jelas kontra ide dan emosi dengan mereka.

Beberapa politisi partai tertentu itu sudah hampir berhasil bertarung. Hampir sukses merebut daging dari mulut Harimau. Mereka, politisi licin dan fleksibel itu sepertinya belum kehilangan akal dan belum mau menyerah atau harus membiarkan kursi hanya mimpi. Mereka. Para petarung yang tak mau pulang sebelum bertarung.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline