Di pantai berangin itu kutemui engkau yang menunggu dengan gincu merah muda. Matamu menetaskan bara purnama di tenggara, seolah menghipnotis bangau putih yang berenang-renang bersama sekawanan kerbau di tepi lembayung dimana engkau duduk molek di atas batu membacai ombak yang pecah dimata kita, dan di bibirmu yang kian merona oleh senyuman bertubi-tubi.
Selamat malam minggu, bisikmu meruntuhkan limpaku yang menggigil oleh rinduku padamu, pada bayangmu yang sudi bangkit dari seberang waktu.
Yah, terima kasih karena sudi singgah di pulauku di pelupuk mataku yang telah tiga september kau gerhanakan dan kau terlantarkan.
Di rambut panjangmu jemariku berebut-elus dengan angin yang mengacak-acak molek di matamu yang makin sayu. Lalu kuajak engkau menuntaskan rindu, menyudahi sunyi, menyusuri garis ombak yang menjilat-jilat telapak kaki kita menuju kenangan yang pernah kita kubur subur di pesisir yang lama kau terlantarkan.
Dan dihadapan purnama september ini kuhunjamkan rayu rinduku, kepadamu dalam sekuntum mawar merah yang baru merekah di tangan mungilmu.
Pasput Parbaba, September '16
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC,
[caption caption="Event Fiksi RTC"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H