Lihat ke Halaman Asli

[Rindu] Monumen Rindu

Diperbarui: 8 September 2016   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bolang"][/caption]Monumen Rindu

seonggok lelaki, tertancap mengerami deburan ombak yang nyaris menetaskan purnama di tenggara.

lelaki membaca purnama dan mulai menghitung satu per satu panah-panah sunyi yang meruncing ter-arit angin. Sebakar resah memuntung di jarinya. Dan kepul asapnya tak sanggup membohongi risaunya yang telah sebau kemenyan.

tak lagi seperti dulu, aroma rambut-lumut yang baunya sewangi melati itu telah menyisakan ledakan duri. Disini diingatannya.

sepuing lelaki terlentang sejajar-pasir. ingin menceburi langit yang menyakitkan. sebab sendirinya telah keterlaluan-sadis mengalahkan sunyinya para bangkai penghuni kubur.

setetes lelaki, teriakkan nama sampai berpetir, mengacak-acak pesisir si penyimpan sumpah yang pernah tumpah di tepi pulau: di genangan danau.

lelaki-retak. mengaduk-aduk puing air matanya sambil meringkuk di tebing waktu.  Bersama jalanan berwarna rindu yang menjelma tembok hitam. Membungkam dermaga.

Pasir Putih – Parbaba 16

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline