Lihat ke Halaman Asli

Pulau di Balik Awan

Diperbarui: 18 Agustus 2016   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Samosir | Dok. Pribadi

Samosir. Layatlah Tobamu  

yang ngering
terpenggal rahang kemarau.

Di Tanoponggol, air matamu berkerak
membekukan riwayat segunduk
pulau yang pernah
dikeruk dengan berkubik airmata. Berkubik  
tetesan darah. 

Pulo Samosir!
yang hampir. Dan yang nyaris. 

Cuma sebentang jembatan kuning yang menangis. Serta kapal-kapal
yang menggelepar
dan terkapar menunggu kabar hujan
yang tak kunjung tetas di Pussu Buhit.

Samosir. Pulau yang nyaris bekas.
Yang hampir tinggal sebait dongeng!
Maafkan. Jika
berjuta hanya ngaku-ngaku pengagummu.
Yang cuma cuek saat menontonimu membatu.

Samosir, pulau yang nyaris hantu
oleh kemarau.
Pulau apa pulau? Wahai kemarau batu!

Mari menangis. Atau
Mari kura-kura dalam perahu.

Tanoponggol. Juli kerontang '16
(Binoto H Balian)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline