MENYIKAPI PERMASALAHAN BANJIR DKI JAKARTA
(Jakarta Membutuhkan "Pawang Hujan" Untuk Menyelesaikan Permasalahan Banjir)
Hasil pantauan KEMARIN JAKARTA BANJIR tepat tanggal 12-12-2017 Begitulah realitasnya.
Sang "Pawang Hujan" Menerawang.
Banjir selalu menjadi bagian dari permasalahan yang mengiringi DKI Jakarta seakan tidak akan pernah kunjung terselesaikan dari periode ke periode kepemimpinan Gubernur & Wakil Gubernur. Namun apakah lantas permasalahan ini benar-benar menjadi tidak dapat terselesaikan? Sungguh ironis sekali dengan selalu dimasukannya sebagai bagian dari program pemerintah dalam penanganan berbagai permasalahan dan sungguh begitu menggelikan pula seakan dengan bebagai macam cara dilakukan namun tak kunjung selesai. Jika sampai pada titik klimaks maka kini sudah seharusnyalah dibutuhkan perlibatan secara serius para "Pawang Hujan" untuk menyikapi permasalahan banjir yang sudah mengakar.
Sang Pawang harus menguasai jurus Tiga Penjuru Mata Air yang terdiri dari Kemapuan mengetahui penyebab banjir, mengetahui dampak banjir dan juga tentunya harus memiliki solusi dalam pemecahan masalah banjir. Inilah minimal tiga jurus yang harus dimiliki jika hendak menjadi "Pawang Hujan" DKI Jakarta. Dengan ketiga jurus ini tentunya akan memberikan gambaran secara universal tentang permasalahan banjir yang tidak kunjung terselesaikan.
Mengetahui penyebab banjir yang merupakan jurus pertama ini sebenarnya sudah bisa menghantarkan untuk meyikapi permasalahan yang terjadi sebab dampak dan solusi merupakan ibarat dua sisi mata uang yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda namun memiliki nilai atau fungsi yang sama sebagai benda yang menjadi alat tukar yang jika dikembalikan pada permasalahan ini maka dengan mengetahun dampak maka akan ada langka antisipasi yang merupakan bagaian dari solusi itu sendiri. Begitu pula solusi yang akan ditawarkan membutuhkan referensi yang jelas berupa dampak yang ditimbulkan ketika banjir terjadi.
Dari beberapa bentuk penerawangan yang dilakukan maka teridentifikasi bahwa beberapa kemungkinan yang memicu terjadinya banjir dibeberapa wilayah DKI Jakarta adalah tidak berfingsi atau rusaknya alat pompa air yang berguna untuk membuang debit air yang ditimbulkan ketika hujan turun. Kondisi ini seyogyanya harus segera diselesaikan oleh pihak-pihak berwenang. Identifikasi mengenai lama (usia) alat pompa yang digunakan, sampai dimana kemampuan untuk menghendle debit air serta sekalian apa penyebab kerusakannya. Jika penyebab kerusakannya karena ketidak seimbangan kemampuan (jumlah) beroperasi dengan debit air maka berarti solusinya tambah jumlah alat. Solusi yang satu ini simpelkan?
Jika penyebabnya kerusakan karena pemeliharaan dan ketidak mampuan pegawai dalam pengoperasiannya maka solusinya ya butuh skill untuk untuk cara merawat dan pengoperasiaan yang tepat. Jika diakibatkan karena kekurangan petugas maka solusinya perlu penambahan petugas. Gimana semakin nampak lebih sederhanakan?
Jika salah satu penyebab banjir karena kanal atau alur aliran air yang telah mengalami pendangkalan maka berarti dibutuhkan pengerukan. Jika belum memiliki jalur memadai maka berarti solusinya pengadaan dan harus memadai. Gimana gak susahkan? Yang menyebabkan itu menjadi susah ketika apa yang dilakukan kemudian sifatnya tendensius hanya karena untuk menggugurkan suatu keharusan maka tentulah berbuah tidak maksimal apalagi dengan tidak kontinyu maka akan semakin menyulitkan dalam perwujudannya.
Selama permasalahannya tidak tersikapi dengan kesungguhan maka pastilah akan terus berkesinambungan tanpa berkesudahan maka hadirlah istilah Jakarta langganan banjir. Dengan melakukan identifikasi lebih mendalam maka akan lebih jauh mengetahui dan memahami solusi yang tepat dalam penangannya.