Lihat ke Halaman Asli

Rosiana Febriyanti

Ibu rumah tangga dan guru

3 Makna Kebersamaan dalam Tradisi Cucurak di Pesantren Al Kahfi

Diperbarui: 18 Mei 2020   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cucurak atau makan bersama, dokpri

Cucurak ialah tradisi yang biasa dilakukan dengan cara makan bersama sebelum Ramadhan dalam rangka menyambut bulan suci dengan suka cita. Secara bahasa, cucurak sendiri memiliki arti bersuka cita atau bersenang-senang. Dalam agenda Cucurak, biasanya orang-orang berkumpul untuk mempererat tali silaturahmi dan bersama keluarga, tetangga, teman sekolah, rekan kerja lainnya.

Di Pesantren Al Kahfi biasanya menjelang Ramadan diadakan cucurak yang diikuti selutuh civitas pesantren, dari pimpinan hingga tukang sapu dan satpam. Hanya karena pandemi korona yang mengharuskan jaga jarak dan memulangkan santri, acara ini tidak lagi diselenggarakan. Saya memaknai setidaknya ada tiga makna kebersamaan dalam acara cucurak di pesantren Al Kahfi sebagai berikut.

Arti kebersamaan yang pertama dalam cucurak adalah bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat dan nikmat dari Allah Subhanallahu Wa Ta'ala. Bersyukur karena kita telah melalui berbagai ujian dan masalah bersama selama di pesantren. Saling berbagi pengalaman dan berbagi ilmu dan menjadikannya bekal untuk masa depan.

Arti kebersamaan yang kedua dalam cucurak adalah menyambung silaturahim. Sila mengandung arti tali dan rahim mengandung arti kasih sayang. 

Silaturahim yang dimaksud di sini adalah bukan hanya di antara santri, tetaoi juga silaturahim di antara guru, wali asrama, karyawan, dan staf pesantren, hingga silaturahim dengan kepala sekolah, kepala bidang, dan pimpinan pesantren. 

Saat cucurak atau makan bersama semua orang berada dalam posisi yang sama-sama di lantai, tidak ada perbedaan tempat duduk dan wadah makan. Semua makan di atas gelaran daun pisang dengan menu yang sama. Ini menandakan bahwa kita semua sama di hadapan Allah.

Arti kebersamaan yang ketiga adalah menjalin kekompakan. Di pesantren kita adalah t yang saling mengokohkan satu sama lain. Tidak ada yang boleh mengaku-ngaku paling berjasa, paling dihormati, dan paling berkuasa. Semua harus kompak baik dalam menuntut ilmu maupun dalam hal muamalah. 

Hidup di pesantren menekankan pentingnya ukhuah Islamiah, dengan demikian hak-hak yang semestinya dipenuhi mendapatkan porsinya masing-masing tanpa mengurangi porsi yang lainnya. Diperlukan kedewasaan bersikap dan menurunkan ego individu untuk menguatkan kekompakan hidup berjamaah di pesantren.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline