Namaku Tole. Aku hanyalah seorang anak pemulung yang tak bisa tidur tanpa berselimutkan sarung Mbah Atmo. Konon Mbah Atmo adalah orang paling berjasa untuk keberlangsungan hidupku, padahal seumur hidupku wajahnya seperti apa aku tak tahu.
Menurut cerita simbok, dulu Mbah Atmo yang menyelamatkanku dari kebakaran bedeng, tempat kami bernaung dari panas dan hujan. Saat itu aku masih bayi merah yang nyaris gosong akibat kebakaran itu. Mbah Atmo dengan berani menerobos kobaran api demi menyelamatkanku meskipun aku bukan cucunya.
Sarung yang selalu menemani lelap tidurku itu ternyata adalah satu-satunya kain penutup aurat lelaki tua pengayuh becak itu ketika salat dan pelindung tubuh saat malam mulai tiba. Saat kubayangkan kehangatan cintanya sarung itu kucium dengan takzim sesaat sebelum mata ini terpejam. Sarung itu pulalah yang konon merupakan satu-satunya kain pembungkus jenazah beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H