Saat berita kelulusan harus kusampaikan lewat grup What's App orang tua santri, yang terbayang olehku adalah tak ada lagi riuh rendah euforia di wajah anak-anak.
Mungkin datar-datar saja karena siswa kelas 12 tahun ini sedang mempersiapkan diri untuk ujian tulis berbasis kompetensi (UTBK) yang konon menurut LTMT hanya akan mengujikan tes potensi skolastik.
Tak ada momen pelukan di antara mereka. Satu-satunya momen pelukan terakhir mereka adalah saat berada di dalam masjid yang letaknya berdekatan dengan gerbang pesantren. Saat satu nama tersebut guru yang berjaga di gepan gerbang, memberitahukan orang tua sudah datang menjemput karena korona, mereka berpelukan sebagai tanda perpisahan yang entah kapan bisa berpelukan erat seperti itu lagi.
Saat ini yang bisa kulakukan sebagai wali kelas adalah memantau kegiatan mereka melalui grup What's App. Sebagian besar santri mengikuti bimbel daring, ada yang mengkuti kamp persiapan UTBK, dan hanya sebagian kecil yang sudah merasa aman karena sudah lolos SNMPTN.
Beberapa di antara mereka mungkin ada yang sudah mulai merasa lelah atau bosan, tetapi aku berusaha semampuku untuk memompa semangat belajar mereka dengan cara menanyakan kabar mereka hingga menawarkan diri jika ada yang mau berkonsultasi pelajaran lewat WA.
Sebagian merasa senang saat kuhubungi, sebagian lagi tak ada kabar. Mungkin mereka sibuk mempersiapkan diri dengan belajar giat dan mengulang hafalan Alquran masing-masing.
Terbayang olehku saat para santri putri begitu antusisas mempersiapkan seragam wisuda yang mereka pilih sendiri warna dan bahan kainnya. Sekarang, mereka tak berani bertanya padaku, akankah ada wisuda tahun ini?
Kalau dulu mereka yang mempersiapkan lagu spesial sebagai persembahan untuk kakak kelas mereka, sekarang sekadar mempersiapkan lagu perpisahan untuk angkatan mereka sendiri pun sepertinya tidak ada kesempatannya. Masing-masing siswa sudah sibuk dengan urusan mempersiapkan masa depan. Bahkan, ada yang sibuk mencari kesempatan beasiswa belajar ke luar negri.
Dengan berdoa bersama kami menyatukan harapan dan cita-cita agar target yang hendak dicapai tidak hanya target diniawi, tetapi juga target-target ukhrowi. Semoga Allah kabulkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H