Lihat ke Halaman Asli

Memudarnya Nilai-Nilai Pergerakan Mahasiswa

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1335285493813130861

Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, mahasiswa memiliki peran yang kompleks dan menyeluruh . Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan dengan pengetahuannya, tingkat pendidikannya serta dengan perannya sebagai agen perubahan , agen kontrol  sosial dan generasi penerus bangsa. Hal ini terlihat jelas pada peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 dan penggulingan Soeharto pada Mei 1998. Mahasiswa dengan berbekal semangat perubahan, menghunuskan pedang revolusi kepada pemimpin negeri yang nakal. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa mahasiswa adalah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan.

Ironisnya, pergerakan mahasiswa dalam aksi demonstrasi baru-baru ini mendapat sorotan lebih tajam dari berbagai lapisan masyarakat. Beberapa kelompok mahasiswa bergerak lebih mengedepankan kekerasan daripada mediasi secara diplomatif. Aspek nalar intelektual tidak lagi mendominasi suasana pergerakan mahasiswa saat ini. Seperti kasus yang terjadi baru-baru ini, banyak ketidakpuasan yang disalurkan dengan jalan kekerasan, anarkisme, dan penjarahan aset sipil, yang sejatinya tidak harus terjadi dalam entitas kenegaraan Republik Indonesia yang menjungjung tinggi konsep budi luhur dan sopan santun. Tentunya hal ini merupakan sebagian kecil dari berbagai kasus yang menyebabkan  memudarkan nilai-nilai pergerakan mahasiswa.

Berikut beberapa faktor yang menjadikan memudarnya nilai-nilai pergerakan mahasiswa :

Perbedaan Ideologi Yang Berimbas Pada Kesenjangan Kesatuan Mahasiswa

Kondisi gerakan mahasiswa yang mengalami penurunan  dalam sikap kritis dalam menyikapi persoalan ekonomi, sosial, politik di masyarakat terjadi akibat adanya polarisasi dalam gerakan mahasiswa. Adanya perbedaan pandangan politik gerakan mahasiswa yang bersifat ideologis maupun politis menyebabkan kekuatan gerakan mahasiswa menjadi parsial dalam menyikapi isu-isu sosial kemasyarakatan.

Perbedaan ideologi yang merucut pada egoisme ideologi menjadi bumerang bagi terciptanya soliditas pergerakan mahasiswa itu sendiri. Hal lainnya adalah dinamika intelektual dalam gerakan mahasiwa pun tidak tercipta secara dinamis, karena terjadinya pembedaan atau perpecahan menjadi kelompok-kelompok. Menyebabkan gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang tidak solid.

Minimya mahasiswa kritis dan memposisikan diri sebagai social contol

Dalam beberapa kasus, khususnya untuk isu–isu Hak Asasi Manusia (HAM) baik itu pelanggaran hak sipil politik ataupun ekonomi sosial dan budaya, semakin jarang ditemukan mahasiswa mengambil inisiatif untuk bergerak. Meski tidak bisa dipungkiri ada sebagian mahasiswa yang secara sadar dan aktif turut terlibat dalam beberapa aksi kemanusiaan, seperti membantu bencana alam, kekerasan oleh aparat negara, kasus korupsi,  kenaikan  harga BBM dan beberapa isu–isu lainnya. Namun format gerakan yang dibangun masih terkesan sporadis dan tidak cukup memiliki konsistensi sehingga kurang diperhitungkan oleh penguasa. Bahkan dalam kehidupan di kampus, aktivis mahasiswa saat ini hanyalah kelompok minoritas dan kurang mampu memberikan warna terhadap kelompok mayoritas mahasiswa yang cenderung hedonis, apolitis dan sebagian terjebak pada hidup yang hanya memuja materi sebagai ukuran dari kualitas hidup. Pandangan sebagian mahasiswa Bahwa aksi adalah tindakan  anarkis

Tindakan Kritis yang di miliki mahasiswa tentu akan berujung pada tindakan aksi unjuk rasa, hal ini tejadi apabila tindak kritis mereka terhadap suatu permasalahan tidak mendapat respons yang baik dari pihak terkait. Meski kegiatan kritis merereka di awali dengan audiensi tetapi tetap tidak akan lepas dari kegiatan aksi jika memang dalam audiensi tersebut tidak mendapat tanggapan yang pasti akan penyelesaian suatu masalah. Hal ini yang membuat sebagian mahasiswa lebih memilih untuk diam menggerutu dalam hati dari pada mengkritisi. dan itu juga tidak lepas dari faktor rasa takut, terlibat dengan Polisi atau  orang tua yang melarang untuk ikut dalam kegiatan aksi.

Banyak terjadinya kasus anarkisme yang tejadi pada saat demonstrasi

Pengrusakan fasilitas umum,pembakaran, bentrok dengan aparat kepolisian hingga penjarahan aset sipil, yang sejatinya tidak harus terjadi dalam pergerakan mahasiswa, tentu menjadi alasan kurang simpatinya mahasiswa lain terhadap pergerakan itu sendiri. Ironisnya, pergerakan mahasiswa dalam aksi demonstrasi baru-baru ini mendapat sorotan lebih tajam dari berbagai lapisan masyarakat. Beberapa kelompok mahasiswa bergerak lebih mengedepankan kekerasan daripada mediasi secara diplomatif. Aspek nalar intelektual tidak lagi mendominasi suasana pergerakan mahasiswa saat ini. Tentu saja kegiatan anarkis seperti ini berimbas pada menurunya rasa simpati masyarakat dan mahasiswa tersendiri dalam pandangannya tehadap kegiatan demonstrasi yang dikatakan sebagian dari tindakan mengkritisi. Meskipun terkadang tindakan kekerasan  mahasiswa terjadi akibat tindakan represif aparat kepolisian yang tidak bisa mengontrol emosi akibat suasana yang kian memanas.

Ajakan untuk kritis yang bersifat doktrin bukan Penelitian bersama

Biasanya di sebagian persiapan aksi  yang mengkaji suatu permasalahan secara detail adalah koordinator  lapangan (KORLAP) dan beberapa orang lainya, sedangkan  sebagian besar dari pengunjuk rasa hanya di beri pengaruh (doktrin) beberapa hari sebelumnya atau ada juga yang beberapa jam sebelumnya. Sehingga dalam kegiatan aksi sebagian besar pegunjuk rasa hanya bersifat ikut-ikutan, setelah merasa bahwa hasil penelitian KORLAP memang benar dan pantas di perjuangakan. Tapi ini akan berimbas kuarang baik karena sebagian basar tidak begitu mengerti secara menyeluruh akan permasalahan yang ada. Praktek gerakan mahasiswa dalam menyikapi isu sosial kemasyarakatan yang mengedepankan emosional mengakibatkan gerakan mahasiswa saat ini berjalan dengan sangat lamban, tak pasti, dan seakan tanpa nilai.

Gerakan Alternatif Mahasiswa 1.Gerakan Berbasis Penelitian Persoalan dalam tubuh gerakan mahasiswa yang terjadi hari ini tentu harus disikapi dengan sigap dan cepat, mengingat persoalan yang dihadapi masyarakat semakin banyak dan menyengsarakan. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yaitu gerakan mahasiswa berbasis penelitian yaitu mahasiswa yang aktivitasnya melakukan penelitian secara komprehensif mengenai persoalan sosial masyarakat, hal itu dilakukan agar gerakan mahasiswa mampu membaca persoalan masyarakat dengan komprehensif sehingga praktek gerakan mahasiswa akan berjalan dengan baik. Dan yang pasti gerakan mahasiswa berbasis riset adalah bagian upaya untuk selalu menjaga kesadaran kritis mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas. 2. Saling Menghargai Ideologi dan cara dari setiap mahasiswa dalam control social, karena berbeda ideologi bukan berarti berbeda perjuangan. 3. mahasiswa sebagai agen social control tentu harus mengupayakan diri untuk bisa mengontrol dirinya pribadi, agar tindakan anarkis tidak terjadi. Karena sangat sia-sia tindakan yang bertujuan memperjuangkan kesejahteraan rakyat jika dilakukan dengan cara yang tidak di sukai rakyat. 4. Harus terlibatnya seluruh masa aksi dalam penelitian karena akan lebih memahamkan kepadasetiap individu akan kasus yang ada, dan akan membuat masa lebih bisa berorasi dengan baik. Semoga Bermanfaat ! Salam Nusantara !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline