Lihat ke Halaman Asli

Alasan Kami Tidak Memvaksin Anak

Diperbarui: 5 Januari 2018   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com

Akhir akhir ini isu vaksinasi kembali mencuat di berbagai media terutama media televisi dan online. Mayoritas pemberitaan cenderung mendiskreditkan pihak yang lebih memilih untuk tidak memvaksin anak anaknya karena dinilai selain akan membahayakan anak anaknya juga akan membahyakan anak anak yang lain termasuk anak anak yang sudah mendapatkan vaksinasi. 

Saya sendiri tidak sepakat dengan hal ini. Saya tidak sepakat bukan semata mata karena saya termasuk dari pihak yang memilih untuk tidak memvaksin anak anak tetapi lebih karena saya melihat kenyataan bahwa tidak sedikit anak anak yang tidak mempunyai riwayat vaksiniasi, imunitasnya justru jauh lebih baik dari anak anak yang rajin mendapat vaksinasi.

Anak anak saya sebetulnya sempat medapat vaksinasi. Anak saya yang pertama sempat divaksin ketika lahir (Hepatitis B)* dan vaksin BCG ketika usia menjelang 3 bulan sementara anak saya yang kedua hanya divaksin ketika  lahir saja. 

Anak saya yang pertama dengan asi ekslusif 6 bulan sempat mengalami beberapa kali demam tinggi dan diare sementara anak yang kedua yang sekarang usianya sudah dua tahun lebih (masih asi ekslusif) sama sekali tidak pernah mengalami demam tinggi maupun diare.
Kalau boleh jujur, saya sempat memutuskan untuk memvaksin anak anak karena cenderung lebih dihantui oleh rasa takut dan juga karena anggapan vaksinasi selama ini dinilai sebagai sesuatu hal yang wajib karena dapat meningkatkan imunitas anak. 

Meski demikian, setelah saya dan suami mencari berbagai informasi terkait vaksinasi, akhirnya kami memutuskan untuk tidak lagi memvaksin anak anak kami dengan alasan alasan sebagai berikut :

1.Hampir semua jenis vaksin mengandung bahan bahan yang dikategorikan sebagai toksin (racun) bagi tubuh terutama otak seperti merkuri, alumunium, msg, tisu/ jaringan dari bayi yang diaborsi maupun hewan dll

2.Efek samping yang tertera dalam kemasan vaksin yang dengan sangat jelas mengatakan bahwa vaksin dapat menimbulkan kondisi yang membahayakan bagi anak seperti kejang demam, kerusakan otak, dan juga kematian mendadak (SIDS).

3.Semakin banyak kasus kasus kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) yang merenggut nyawa baik yang terjadi di Indonesia maupun luar negeri termasuk negara maju Amerika Serikat.  

4.Banyak anak yang sudah divaksin mengalami penyakit yang seharusnya dicegah oleh vaksin yang sebelumnya sudah disuntikan. Bagaimana mungkin anak anak tersebut dapat melindungi yang lain jika dirinya saja masih kena penyakit. Dan anehnya justru sebaliknya, ada anak yang tidak divaksin justru malah tidak terpapar penyakit sama sekali. Hal ini berarti keefektifan vaksin dan teori herd immunity itu patut dipertanyakan?

5.Untuk mencegah penyakit menular, air bersih lebih efektif daripada vaksin. Hal ini diakui WHO sendiri. Meskipun sangat gencar kampanye vaksin, tapi dalam salah satu buletinnya WHO mengakui bahwa untuk pencegahan penyakit menular, air bersih dinilai lebih efektif daripada vaksin. Tentu ini jadi tanya besar sebetulnya. 

Terlebih informasi yang beredar (sengaja diedarkan) oleh para ahli kesehatan kita yang selalu mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mencegah penyakit menular kecuali dengan vaksin. Sehingga akhirnya banyak masyarakat awam yang terhantui tidak punya pilihan lain kecuali dengan vaksin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline