Lihat ke Halaman Asli

Perpisahan Termanis

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa SMA adalah masa yang begitu banyak menyimpan kenangan mulai dari bergurau bersama teman, mencontek, dihukum oleh guru, cinta monyet, cinta lokasi hingga menjadi seorang pengagum rahasia.Selama 3 tahun itu saya belajar bagaimana cara bekerja sama, saling melindungi, menghargai satu sama lain dansaling menyayangi.

Tiba saatnya dimana kami semua harus berpisah dan mengubah seragam putih abu-abu menjadi seragam yang kami impikan dan di cita-citakan. Tepatnya pada 2 tahun yang lalu di tahun 2012 perpisahan sekolah diadakan di sekolah dengan konsep yang begitu sederhana. Para siswa dan siswi menggunakan baju seragam yang telah dibagikan dari sekolah agar terlihat lebih menarik dan berkesan. Pagi itu pemandangan di sekolah begitu berbeda karena yang biasanya sekolah dipenuhi oleh siswa-siswi dengan seragam putih abu-abu namun kali ini semua terlihat mempesona dengan gayanya masing-masing.

Acara perpisahan dimulai dengan dipimpin oleh bapak kepala sekolah. Begitu banyak wejangan yang ia sampaikan hingga tiba saat nya perwakilan dari siswa menyampaikan pesan-pesan terkhirnya, seketika suasana hening dan aku begitu mengingat kata-kata dari teman satu perjuangan saya itu yang mengatakan bahwa “ini adalah permulaan dari kami semua dalam menjalani kehidupan. Selesai SMA kita akan melanjut ke jenjang yang akan lebih serius lagi dimana kita harus berada pada kemandirian dan menentukan masa depan. Coba pandang dan genggam tangan teman-teman kalian semua, coba bayangkan suatu saat nanti kita sudah tidak mampu untuk melihat jg menggenggam tangannya karena sudah menjadi sosok besar dalam negeri ini”. Seketika suasana menjadi sangat menharukan, isak dan tangis para siswa juga guru pun membelah keheningan. Saat itu juga para audio memutarkan lagu “kisah klasik untuk masa depan dari Sheila on 7” yang membuat Susana semakin haru biru.

Akupun menyadari mungkin saat ini adalah saat terakhir kami bersama dan itu benar adanya sebab hari ini adalah terakhir kalinya aku meninjakkan kaki disekolah sebagai siswi. Kami panjatkan doa dan saling berjanji bahwa setelah ini dimanapun kami kuliah atau bekerja akan tetap ada pertemuan yang seperti ini lagi.

Saat ini aku merindukan pelukan dan genggaman itu hingga tak kuasa ku teteskan kembali air mata ini. Kenangan ini akan tetap ada dan tetap akan menjadi kenangan yang terhebat yang pernah aku dapatkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline