Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pengabdian Seorang Anak Kepada Ayahnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata seorang bocah yang hidup di Cina yang harus melawan kerasnya hidup untuk menjaga ayahnya yang sudah tidak sanggup lagi mengurusnya. Bocah ini belum genap 10 tahun namun dia harus menanggung beban yang sangat berat yang harus dia pikul selama 5 tahun lebih.

Di suatu kota di cina hiduplah seorang anak dan seorang ayah yang sangat miskin. Sang ayah sudah lumpuh sakit sakitan dan tidak sanggup melakukan pekerjaan apa pun kecuali tidur, hingga istrinya pun tidak sanggup lagi mengurusnya akhirnya pergi meninggalkan ayah dan anaknya itu sendiri.

Anaknya bernama Zhang da dia belum genap berumur 10 tahun (tahun 2001). Situasi ini memaksanya untuk terus bekerja keras untuk kehidupannya dan juga ayahnya. Disamping dia harus bersekolah dia juga harus bisa mencari uang dan makanan sendiri.

Setiap hari dia harus bangun pagi untuk menyiapkan makanan untuk ayahnya, sekedar bubur nasi yang tidak jelas rasanya. Kemudian dia sendiri harus berangkat sekolah, untuk sampai di sekolah dia harus melewati jalan setapak yang berada di hutan. Saat itu lah dia mulai makan makanan yang ada disana, seperti buah, jamur, daun, rumput ataupun apa saja.

Sehingga dia bisa belajar sedikit demi sedikit mana yang bisa diterima oleh lidahnya dan mana yang tidak. Setelah pulang sekolah dia harus pergi ke tempat pemecah batu. Dia membantu para tukang yang memecah batu, tangan yang masih kecil itu dipaksa untuk memecahkan sebuah batu besar menjadi bagian bagian yang kecil. Setelah bekerja dia akan di beri upah.

Upah hasil dari bekerja itu dia belikan makanan dan dia sisihkan untuk membayar sekolah dan membeli obat ayahnya yang tentu saja tidak murah dan relatif mahal. Setiap hari dia harus mengurusi segala kebutuhan ayahnya, seperti menggendong papanya ke wc, menyeka kotorannya, menggantikan pakaiannya, memasak dan menyuapi makanannya. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari hari.

Hampir 5 tahun lebih dia menjalani semua ini, namun tubuhnya tetap sehat dan segar bugar. Akhirnya dia mulai belajar meracik obat sendiri pada usia 10 tahun. Dia belajar meracik obat dari sebuah buku bekas yang dia beli dan dia pelajari secara terus menerus untuk menemukan obat untuk membantu kesehatan ayahnya.

Yang membuatnya luar biasa adalah dia belajar dari seorang suster memberikan suntikan kepada pasiennya. Sehingga setiap dia membeli obat dia sendiri yang menyuntik ayahnya. Ini semua karena situasi yang sangat tidak memungkinkan untuk membawa ayahnya ke rumah sakit. Karena jaraknya yang terlalu jauh dan mahal, akhirnya bocah ini nekat menyuntik ayahnya sendiri. Bertahun tahun sudah dia melakukan semua ini sehingga dia menjadi seorang penyuntik yang handal.

Hingga suatu hari pada tanggal 27 januari 2007 dia terpilih menjadi seorang yang mendapatkan penghargaan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 1,4 milyar penduduk cina, dialah merupakan satu satunya anak kecil. Yang membuatnya terpilih adalah karena perhatian dan pengabdiannya kepada ayahnya yang tanpa lelah terus merawatnya. Dan juga perilaku dan perkataannya yang membuat semua orang simpati padanya.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan sedang tertuju kepada zhang da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,

“Zhang da, sebut saja kamu mau apa, sekolah dimana, dan apa yang kau rindukan untuk terjadi dalam hidupmu ? berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah ?

Besar nanti mau kuliah dimana, sebut saja.pokoknya apa yang kamu idam idamkan sebut saja, disini banyak pejabat pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.

Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihatmu di laya televisi, mereka semua dapat membantumu !”

Zhang da pun terdiam dan tidak menjawab apa apa. MCpun berkata lagi kepadanya “sebut saja, mereka semua bisa membantumu.”

Beberapa menit Zhang da masih terdiam, lalu dengan suara bergetar dia pun menjawab,

"Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!"

Semua yang hadir pun spontan menitikan air mata karena terharu. Mengapa dia tidak meminta deposito tabungan untuk masa depannya ? kenapa dia tidak minta pengobatan untuk ayahnya ? mengapa dia tidak malah meminta uang untuk membantu meringankan kehidupannya ?.

Mengapa dia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit ? kenapa dia tidak minta kartu kemudahan dari pemerintah agar suatu waktu jika dia membutuhkan bantuan akan ada yang menolongnya ?.

Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau mama kembali, sebuah ungkapan yang sudah dipendamnya sejak melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Kisah diatas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang bocah yang belum genap berusia 10 tahun bisa menanggung tanggung jawab besar lebih dari 5 tahun. Kesulitan dan kejamnya hidup telah menempanya menjadi seorang anak yang tangguh dan pantang menyerah.

Zhang da bisa dibilang anak langka di jaman modern ini. Karena anak sekarang lebih banyak meminta kepada orang tua dari pada memberi atau mengabdi kepada mereka. Karena buat orang tua jaman sekarang kebutuhan anaknya adalah no 1, apapun itu tanpa memandang di luar sana jauh banyak yang lebih membutuhkannya. Dan sang orang tua selalu membantu anaknya, padahal anak itu sendiri sudah mampu melakukannya tanpa campur tangan orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline