Semestinya tak semolor ini kasus nazaruddin mengangga begitu lama di permukaan. Tak berkesudahan, penuh keambiguan dan keburaman. Memang wajar karena seperti biasa, terlalu banyaknya tumpakan kepentingan dan interfensi di sana sini yang banyak melibatkan kalangan2 elite atas yang poenya kekuasaan dan kekuatan. Dan seperti biasa juga tontonan tikam menikam, benteng membentengi yang begitu kental .
Kasus nazaruddin ini merupakan serpihan dari potret buruk dan begitu memalukanya kancah perpolitikan tanah air yang tak kunjung usai. Pertanyaanya apakah korupsi sudah tidak menjadi barang hina dan berdosa ?. Apakah korupsi ini merupakan budaya, warisan leluhur kita ?. Perpolitikan Indonesia tak seindah alamnya, tak se elok budaya2 nya.
Dalam kasus semacam ini, jujur belum ada yang tampil jagoan terutama para penegak hukumnya. Tidak ada yang tampil seperti Semar . Arif dan bijak, belum ada yang tampil deperti Gadjah mada. Tegas nan perkasa. Nyatanya hingga sekarang , belum ada abdi2 rakyat kita yang nangkring di gedung senayan sana yang tampil membanggakan, masih dengan gaya lama.Mlempem dan ringkih.
Tak perlu lama jika mau sadar dan jujur dalam kasus nazaruddin ini. Bukti2 sudah di tangan dan pengakuan nazaruddin sendiri ketika di hotel Kolombia. Meski tak seberapa, ada niatan baik terpancar dalam diri nazaruddin, tapi sayangnya itu di anggap niatan tidak baik dari banyak kalangan.
Dan jika sudah molor seperti ini ( manifestasi dari wajah ketidaktransparan dan kepicikan kalangan elite), maka pada akhirnya pun akan sama seperti kasus kasus sebelumnya yang seironi, yaitu tidak berending dan gulung tikar tak jelas, karena masyarakan yang sudah jemu dan muak di tambah ada kasus lainya yang belum tertangani baik. Kemiskinan, pengangguran, krisis moral, bencana dan sebagainya, yang masih menjadi cemilan harian yang tak kunjung mereda.
Atau juga tontonan sinetron lebih menarik dan asyik untuk di ikuti ketimbang kasus nazaruddin yang setagnan dan membosankan. Karena yang cek cok hanya komunitas2 kecil di atas, dengan gaya sok pahlawananya, dengan gaya sok terpelajarnya.
karena bagi saya mereka tak lebih dari sorang bocah2 yang nangis berebut pemen.
Kasus ini sepatutnya menjadi ladang emas, pembuktian dan koreksi tegas dari pihak pemerintah. Sebagai ajang pembenahan, sebagai ajang pembuktian kepada rakyat bahwa mereka ( pemerintah ) memang layak untuk di pilih.
Singsingkan ego, lucutkan kepentingan kepentingan pribadi atau golongan demi senyum bangga rakyat Indonesia, untuk menyongsong Negara Indonesia yang gagah dan sejahtera. Menjadi ceriminan bagi Negara Negara lain.
Morocco 12 september 2011