Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Hati

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu mekarnya sekuntum bunga mawar dan begitu banyak pula kumbang yang hinggap di dahannya namun tak satupun kumbang yang hinggap mendapatkan madunya.

Seandainya para kumbang tau sang mawar telah tertusuk duri hingga kelopak mata hatinya terkoyak tetapi sang mawar berusaha merajutnya dengan kekuatan satu kuncup dibawahnya. Yang selalu dan memberi senyuman yang manis berharap agar sang mawar harus selalu tegap dan tangguh meski dalam keadaan kelopak yang sudah terkoyak.

Begitu banyak kumbang yang berjanji kepada sang mawar " bersediakah engkau sang mawar bila aku merajut kelopak indahmu yang pernah terkoyak dengan cinta kasih yang aku miliki."

Sang mawar pun hanya bisa menunggu dan terus menunggu tanpa berharap lebih kepada sang kumbang. Sang mawar berkata pada hatinya "jika mereka dapat memberikan pupuk keyakinan dan menanamnya sampai tumbuh menjadi kuncup baru."

"Hhmmmmm. . . . . . . . . " sang mawar menarik napas disetiap pori-pori dahannya yang mulai merapuh namun tetap berdiri dengan kokoh demi harapan kucup yang selalu tersenyum padanya. .dan sang mawar pun berkata...

Sanggupkah. . .mampukah. . .bisakah. . .akankah. . .adakah. . .??? Sang mawar hanya bisa menyerahkannya pada alam yang sudah memberinya kehidupan.

Dan sang mawar pun berkata, "Sekencang-kencangnya angin dahanku tidak boleh roboh. Sederas-derasnya hujan kelopak terindahku tak boleh jatuh. Demi menunggu kuncup harapan yang selalu tersenyum padaku. Agar kuncup harapanku harus mekar dengan sempurna."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline