Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mental - Sampah

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulailah membuang sampah pada tempatnya

[caption id="" align="aligncenter" width="800" caption="Mulailah membuang sampah pada tempatnya"][/caption] Bisa gak kita mulai dengan yang paling mendasar seperti kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya? Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat telah tertanam di benak orang Indonesia sejak usia dini. Ini bukan tanpa alasan, banyak orang tua yang secara tidak sadar mengajarkan cara membuat sampah yang tidak benar kepada anak-anak mereka. Melempar sampah ke sungai atau di depan rumah adalah hal yang paling mudah dilakukan. Masyarakat punya kesadaran yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya. Parahnya lagi kebiasaan tersebut oleh masyarakat tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah. Sampah yang tertumpuk di sungai akan menyumbat aliran air dan sudah tidak perlu dijelaskan lebih detail lagi kalau diguyur hujan yang lebih tinggi dari biasanya atau mendapatkan air kiriman dari daerah yang lebih tinggi, banjir di mana-mana sudah tidak bisa dielak lagi. Kurangnya kesadaran untuk mendidik dan memberikan contoh adalah hal yang perlu diperbaiki dan akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit supaya kesadaraan akan kebersihan dapat terciptakan. Kebiasaan untuk hidup sehat dan bersih tidak terlalu menjadi prioritas masyarakat karena masih banyak hal-hal yang lebih penting antara lain seperti memikirkan bagaimana menyediakan makanan sehari-hari di atas meja atau di lantai untuk keluarga, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Menurut saya, orang yang mampu biasanya lebih bersih (setidaknya mandi paling sedikit 2 kali sehari) dan tidak membuang sampah sembarangan (hanya) di rumah mereka saja. Masih banyak kebiasaan orang yang berduit yang kalau sudah di luar rumah atau di luar lingkungan mereka, tetap saja membuang sampah sembarangan. Pernahkah melihat botol aqua kosong atau puntung rokok yang terbang melayang keluar dari pintu kaca mobil di dalam jalan tol? Menjaga kebersihan di dalam mobil itu baik, tapi bisa kan kalau sampah itu jangan dibuang keluar dari mobil yang sedang melaju di jalan umum. Tidak salah kalau sediakan kantong sampah di dalam mobil, setelah sampai di tempat tujuan kantong sampah tersebut bisa dibuang ke tempat yang semestinya. Yang menjadi pertanyaan saya kenapa sih orang yang punya mobil bisa menjaga kebersihan di dalam mobil mereka dan tidak begitu peduli dengan kebersihan di jalan tol atau di jalan-jalam umum? Botol kosong yang berterbangan tidak hanya akan membuat mata kita sakit kalau pas berada di belakangan mobil mereka, tetapi juga ada kemungkinan akan terjadi kecelakaan lalu lintas. Yang kita butuhkan itu adalah kesadaran diri untuk mau hidup sehat dan bersih, bukan hidup bersih karena takut dikenai denda sama pemerintah. Berapapun besarnya denda, tetap saja orang akan curi-curi untuk membuang sampah sembarangan, lagian kalau ketangkap, apakah dendanya akan masuk ke kantong pemerintah? Ini akan membuka peluang baru untuk korupsi oleh petugas. Jika hanya mengandalkan petugas saja, saya rasa tidak akan terlalu efektif karena berapa petugas yang harus ditempatkan di tempat-tempat umum? Melibatkan masyarakat umum untuk membantu menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing secara umum akan lebih efektif dan efisien. Masyarakat harus berani menegur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan. Sering kali hal-hal seperti ini tidak akan terjadi karena masyarakat merasa kalau negur orang yang dikenal kan jadinya gak enak sama tetangga dan kemungkinan akan dimusuhi, kalau negur orang yang tidak dikenal malah akan terjadi percecokan atau malah terjadi perkelahian. Pemerintah pusat harus secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Saya selalu ajarkan cara buang sampah yang benar kepada anak-anak saya baik di rumah maupun di tempat umum. Di rumah sebagai contoh, setidaknya saya sediakan dua jenis tong sampah, satu untuk pembuangan sampah organik dan satunya lagi buat sampah yang bisa didaur ulang. Pernah sekali saya bawa anak saya ke Indonesia, dia tanyain saya kenapa sih ibu itu main lempar kantong sampah sembarangan? Saya perhatikan dan memang benar sampahnya ada di mana-mana, yang absen dari situ adalah tong sampah. Mungkin sebulan sekali atau kalau lagi punya perasaan menyenangkan baru masyarakat mengumpulkan dan membakar sampah-sampah yang ada di sekitar rumah mereka. Masyarakat yang hidup di bantaran sungai akan dengan mudah membuang sampah ke dalam sungai dari pada harus buang ke dalam tong sampah yang mungkin jaraknya jauh. Kebiasaan ini telah dilakukan bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan waktu banyak untuk melemparkan sekantong sampah ke sungai. Kekurangan yang lain karena tidak tersedianya tong sampah yang cukup oleh pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan. Bukan rahasia umum lagi kalau ada tanah kosong yang tidak ditempati oleh yang punya, pasti dipenuhi oleh sampah-sampah. Biasanya masyarakat akan keluar malam-malam, diam-diam dan curi-curi atau cari waktu sepi untuk membuang sampah ke tanah kosong tersebut. Jika satu orang lempar sampah di situ, orang lain akan pada ikutan, dan tidak disadari tanah yang kosong sebelumnya telah dipenuhin sampah segunung, kemudian masalah bau sampah yang menyengat akan mengikuti. Seharusnya pemerintah pusat menyediakan tong sampah di mana-mana dan masyarakat tidak dipunggut biaya iuran sampah, dengan begitu masyarakat akan lebih mudah untuk membuang sampah, kemudian sampah akan diambil pada jadwal yang telah ditentukan. Pemerintah jangan hanya memberikan penghargaan untuk RT, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi yang bersih saja, penghargaan ini harus diberikan kepada individual yang berperan membuat lingkungan mereka bersih dari sampah yang sebelumnya ada dimana-mana. Marilah kita semua memperbaiki kebiasaan buruk kita, dan mulailah membuang sampah pada tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline