Konteks negara Indonesia adalah negara hukum, negara Indonesia memiliki lautan yang cukup luas, dan memiliki panorama yang begitu eksotik memukau kerap sering dikunjungi. Negara Indonesia memiliki beraneka ragaman suku, ras, budaya, agama, adat istiadat, bahasa daerah yang menjadi satu kawasan dan satu kesatuan yang mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetap satu jua.
Era demokrasi yang membawa kita dalam memilih pemimpin daerah, dan pemimpin nasional sudah menuju kearah yang lebih baik. Sebentar lagi negara Indonesia mempunyai pesta hajat 5 tahun sekali dalam pemilihan bursa kepala daerah (PILKADA) yang akan diselenggarakan tahun ini 2015 sd 2019 serta persiapan pemilihan umum Presiden RI & Wakil Presiden RI pada 2019 nanti.
Setiap pasangan calon kepala daerah pasti notabenenya dulu bapaknya seorang pejabat penting disuatu daerah atau bahkan dulu bapaknya seorang Presiden RI atau Wakil Presiden RI lalu kemudian anaknya membawa nama "BAPAKNYA" ke ranah panggung kekuasaan politik di Indonesia. Padahal politik itu sebuah ilmu seni dalam merebutkan sebuah kursi kekuasaan di negeri ini dan dirinya sendiri akan bertarung lawan politiknya.
Namun apa daya BAPAK kita dibawa-bawa demi kemenangan dalam perebutan kursi kekuasaan di Negeri ini, yang jadi pertanyaan sekarang adalah masih zamankah membawa nama bapak kita dalam memperebutkan kursi kekuasaan di Republik Indonesia.....???lah seharusnya para calon kandidat pemimpin itu membawa namanya sendiri bukan bapaknya yang jadi. Biarkanlah nama Bapak kita selalu dikenang oleh anaknya dan menjadi panutan dalam keluarga saja.
Negara Indonesia hadir dan ada bukan dari pelanjut kisah kerajaan-kerajaan masa lalu dan hadir ada karena di sebuah forum Internasional. Jadi kesimpulannya perebutan kursi kekuasaan ada di era demokrasi dan lewat pemilihan umum oleh rakyatnya sendiri. Pemimpin lahir dari rakyat, untuk rakyat dan kembali kepada rakyat, rakyat memilih siapa pemimpinnya yang akan ia pimpin kelak, pemimpin lahir dari sebuah anak muda, tidak ada anak muda tidak jadi pemimpin, pasti anak muda jadi pemimpin kelak.
Boleh kita berambisi jadi kepala daerah atau pemimpin nasional di Negeri Ini dengan minta restu jalan terbaik kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melalui doa, kalau boleh iya kalau tidak boleh ya jangan. Orang yang ambisinya terlalu besar maka orang tersebut stress, depresi yang meningkat di kehidupannya.
Kekuasaan itu seperti air mengalir saja dan jangan membawa nama bapak kita di panggung kursi kekuasaan negeri ini.
R Cahyo Prabowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H