Lihat ke Halaman Asli

endapan pikiran dalam hati..

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata baru sadar, perjalanan hidup itu prosesnya sangat panjang jika flashback ke belakang. Namun, bukan berarti menghalangi untuk melangkah lebih jauh lagi kedepan.

Ilmu memang salah satu yang patut untuk dikejar. tapi ada satu hal yang dikejar juga untuk menyempurnakan ibadah, yaitu menikah.

Kadang atau sering terpikirkan mengenai hal ini. Mungkin adalah fitrahnya manusia untuk saling melengkapi dan berkembangbiak dalam sebuah pernikahan yang Allah ridhoi. Hanya saja, bingung untuk mewujudkan hal itu. padahal Rasulullah saw tidak pernah mempersulit hal tersebut.

Untuk dikaitkan ke zaman sekarang, berbagai pemikiran, ini itu, tentu saja mempengaruhi. Salah satunya itulah yang mempersulit. Apalagi mendapatkan pendamping itu sendiri, jika Allah belum ridho.

Kemungkinan terbesar yang dipikirkan orang tua adalah calon menantunya tersebut. Apalagi kalau melepas anak perempuannya, dengan penuh wanti-wanti.

Mahar yang sempat terlintas dipikiranku, bukanlah sebuah rumah mewah dengan  halaman seperti lapangan golf. Ataupun mobil mewah dengan harga yang sangat mahal. Memang semua itu indah dimata dunia, dimata banyak orang. Tapi aku hanya menginginkan mahar yang paling indah dimata Allah swt, surah ke 55 Ar-Rahman dan 99 Asmaul Husna. Entah mengapa, aku pun tak paham. Hanya saja, surah itulah yang pertama kali bisa membuat aku menangis ketika mendengarnya. Dan Asmaul Husna, bergetar hati ini ketika mendengarnya dan setiap dalam perjalanan selalu aku lantunkan.

Mengenai memberikan kabar ke orang banyak, bahwa aku tidak lagi sendiri mengarungi dunia fana ini.. aku tak ingin bermewah-mewahan hanya untuk dipandang orang banyak. Tapi aku hanya ingin dipandang sama Allah swt.. lebih ingin mengundang anak-anak yatim, orang-orang miskin. Dibandingkan dengan pejabat yang sering datang untuk duduk dan makan dengan nyaman. Kalaupun iya ada, sejajarkanlah mereka, supaya tidak ada perbedaan...

Andaikan ada yang bisa memahami akan hal yang sedang terpikirkan dalam benakku, setidaknya, aku bisa mendapatkan pencerahan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline