Lihat ke Halaman Asli

Benar atau Tidak?

Diperbarui: 9 Februari 2016   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang mereka bicarakan tentang kenyataan itu benar, tak ada kebahagiaan yang abadi, tak ada penderitaan yang tak berhenti dan tak ada pertanyaan yang tak terjawab. Semua ada akhirnya. Semua akan berhenti dan kembali kesediakala. Entah kapan itu akan terjadi tetapi semua itu akan sampai pada waktunya dan terkadang tanpa kita sadari hal itu sudah terjadi. Ada saatnya kita mempersiapkan diri namun tak terjadi apapun tapi adakalanya pula kita tak mempersiapkan apapun namun semua terjadi begitu saja. Sebagian orang yang belum siap akan mempertanyakan dan justru menyalahkan tetapi adapula yang menerima tanpa berpikir apakah ada luka yang tercipta di hati mereka. Semua itu pasti ada. Siapa orangnya? Cukup tanyakan pada diri sendiri apakah pernah ada di posisi seperti itu.

Lalu banyak yang berbicara tentang kebahagiaan. Tapi apakah kebahagiaan yang mereka bicarakan benar adanya? tak pernah ada yang tahu karena kebahagiaan yang sesungguhnya akan terasa ketika ada Tuhan di dalamnya. Adakalanya kebahagiaan yang mereka sebutkan hanya sebatas apa yang mereka dapatkan dan terkadang hanya sekedar materi semata. Mereka mengagungkan kebahagiaan yang semu, itu kenyataannya. Saat mereka kehilangan sesuatu yang mereka sebut kebahagiaan mereka marah tapi mereka lupa siapa yang sudah memberikannya dan justru mereka menyalahkan pada sang Maha Pemberi. Mereka benar-benar lupa siapa mereka.

Ada pula yang bicara tentang kesuciaan. Lantas apakah mereka memahami makna kesucian yang selama ini mereka bicarakan, tak sepenuhnya mereka pahami. Justru ada yang menjadikan kesucian untuk menghakimi orang lain. Mereka menyebut mereka tidak suci, lantas apakah mereka sendiri suci? entahlah. Suci tidaknya seseorang tak bisa hanya dilihat hanya dari apakah mereka melakukan kesalahan atau tidak. Kesucian biarkan hanya urusan diri masng-masing dengan Tuhannya. Sebagai manusia kita hanya perlu memperbaiki diri dan memantaskan diri di mata Tuhan bukan menghakimi orang lain dan mengatasnamakan kesucian.

Banyak yang bicara tentang hati nurani, lalu apakah kita memiliki hati nurani? tanyakan pada hati kalian sendiri tapi apakah dengan mempertanyakan akan menjawab semuanya? kurasa tidak. Lalu apakah saat ini mereka memiliki hati nurani? tidak karena kenyataannya saat ini seorang ibu dengan mudahnya menghabisi nyawa darah dagingnya. Apakah itu disebut sebagai seseorang yang tak memiliki hati nurani? aku setuju karena saat ini banyak manusia yang tak memiliki akal padahal manusia diciptakan Tuhan dengan akal dan justru hewan yang tidak memiliki akal dan hanya memiliki insting tidak akan membunuh anaknya.

Benar tidaknya setiap orang memiliki persepsinya sendiri. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline