Lihat ke Halaman Asli

Ekonomi: Optimisme Pak Jokowi vs Pesimisme Masyarakat

Diperbarui: 10 September 2015   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Perekonomian Indonesia makin melemah akhir-akhir ini. Hal ini salah satunya disebabkan oleh melemahnya kondisi perkonomian dunia. Tidak hanya Indonesia saja yang mengalami hal ini, tapi juga terjadi di negara-negara lain.

Kondisi ini tak pelak menyebabkan melemahnya harga bursa di Bursa Efek Indonesia. Dilansir dari artikel tempo.co (bisnis: 10 Agustus 2015), Bapak Joko Widodo menyarankan agar kita tidak pesimistis terhadap kondisi ini. Beliau juga menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam posisi 5 besar dunia.

Menurut Bapak Jokowi sapaan akrabnya, pertumbuhan ekonomi negara-negara lain turun 1,5-3 persen. “Kita turun 0,3 persen saja sudah ramai. Lihat nanti semester kedua,” tuturnya. Hal tersebut, kita sebagai masyarakat umum hanya bisa pasrah terhadap kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Apalagi dengan masyarakat yang tergolong menengah kebawah. Mereka hanya bisa diam dan menikmati imbas dari kemerosotan perekonomian Indonesia.

Akibat dari kondisi ini, barang kebutuhan bahan makanan pokok dipasaran menjadi mahal. Bagi masyarakat yang berpengahsilan rendah tentu sangat memberatkan. Mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena penghsilan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Indonesia yang terkenal dengan negara agraris yang besar, saat ini petaninya pun tak berkutik menghadapi krisisnya ekonomi Indonesia. Disaat harga benih dan pemeliharaan tanaman yang mahal tak sebanding saat hasil panen terjual. Harga selalu terpukul rendah terjual ke tengkulak dan melambung tinggi saat dibeli kembali oleh masyarakat.

Kita boleh saja memberikan berbagai asumsi terhadap kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Tetapi beginilah yang saat ini kita hadapi. Entah ini manipulasi dari berbagai pihak atau siapapun, kita harus menyikapinya dengan bijak. Tidak harus berkoar-koar didepan umum dengan aksi membakar ban atau membuat kerusuhan supaya aspirasi kita didengar. Cukuplah kita melakuka tindakan-tindakan rasional saja untuk meminimalisir atau justru memperbaiki hal ini. Satu pertanyaan dari penulis, “Semut membuat sarang dengan koloninya, apakah mungkin Negara ini dapat maju hanya dengan tangan seorang Pemimpin saja ?” Mari kita renungkan bersama, terimakasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline