Pagi yang indah, ditambah hari ini aku libur sekolah. asyiknya kalau jalan-jalan sama kekasih.
Kasihan kekasihku yang belum pernah ke masuk ke Bandara Soetta, padahal rumahnya bersebrangan dengan bandara, sedangkan aku yang masih satu desa dengan kekasihku pernah masuk ke bandara walaupun belum pernah sama sekali memegang pesawat yang panjang dan lebar itu. Hari ini aku akan mengajak kasihku masuk ke bandara.
Dengan vespa kesayangan aku ajak kasihku memasuki area bandara melalui pintu utama M1 dekat selapajang, Tangerang. semua orang sudah tahu kalau vespa itu motor sederhana, begitu juga vespaku yang tanpa lampu depan dan belakang, juga tanpa plat polisi, ya berhubung vespa motor sederhana moga-moga pak polisi iba melihat motorku ini, dan mudah-mudahan tak sampai hati menilangku.
Sebelum berangkat, Karena hanya punya satu helm, aku sibuk cari helm sana sini untuk kasihku tapi apa boleh buat, helm tak jua kudapat. Sedangkan aku tak ingin moment indah bersama kekasih terlewatkan begitu saja. ya sudah walau pacarku tak memakai helm, tak apalah. kan nggak kebut-kebutan ini.
Di pintu gerbang masuk bandara, polisi hanya melirik, tak memberhentikanku.
Aku terus masuk ke dalam. wuih setiap masuk ke bandara rasanya tempat ini berada jauh dari kampungku. padahal kampungku dan bandara hanya terpisah sebuah jalan panjang membentang. Di sini jalanan begitu tertata rapih dan bersih, trotoar tanpa sampah dengan pinggiran rumput tipis yang selalu hijau dan bersih, semilir angin berhembus menerpa wajah kami. sedang kampungku? semua sudah tahu, amburadul.
Sebelum sampai gerbang keluar bandara di Rawa Bokor, seorang polisi memberhentikanku.
"selamat siang dek!" sapa si polisi sambil tersenyum ramah
"siang pak!" jawabku kaku, pasti mau nilang
"kamu sudah melanggar .. kenapa teman kamu tak pakai Helm?" tanya polisi mulai mengintrogasiku
"dia bukan temen saya pak, dia itu pacar saya" jawabku meluruskan kata-kata si polisi
"eh, pacar? iya dah terserah kamu, terus kenapa pacar kamu nggak pakai helm?" tanya polisi
"tadi saya sudah cari pak, tapi ga dapet juga". ujarku jujur
"bisa lihat STNKnya?"
"STNKnya nggak saya bawa pak!" , aku lihat bapak polisi tetap bersabar.
"SIM?"
"saya belum punya pak, saya masih pelajar" jawabku dengan nada rendah
"ya sudah kalau gitu, motor kamu saya tahan ya!" polisi itu bicara padaku sambil mengeluarkan segepok kertas.
"wah wah, jangan pak, saya masih sekolah pak, ini motor saya pakai buat ke sekolahan pak".
pintaku mengiba.
"terus kamu maunya gimana?, SIM nggak punya STNK nggak bawa, kamu bisa kena banyak nih" tanya sang polisi yang mulai geram geram..
"terserah bapak aja dah pak" jawabku.
"ya sudah, daripada kamu repot ke pengadilan, biar saya yang urus aja, 100,000..." ujar polisi dengan cepat.
"waduh pak, boro-boro seratus ribu pak, ini aja bensin boleh dari orang tua pak, saya masuk bandara cuma pengen ngajak pacar saya jalan-jalan, suer dah pak, duit segitu mah nggak ada pak, kalau sepuluh ribu ada pak, tapi buat beli bensin pak..." kataku lebih mengiba
Melihatku dalam kondisi kritis, dan telah kuberi tahu keadaan ekonomi dalam dompetku, belum lagi melihat aku dihadapan kekasihku, kalau ia tahan motorku, wah kami berdua bisa jalan pulang kaki.
" Ya sudah, coba kamu baca pancasila"
Aku tersenyum lebar, biar begini aku seorang paskibra... dengan lancar aku baca pancasila.
Pak Polisi melepas kelanjutan perjalanan kami dengan dada kesal,
terima kasih pak polisi, bapak emang Top...!
ini merupakan kisah nyata temanku
salam cakra.
klik untuk mampir ke beranda saya, makasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H