minggu pagi sepupu kecilku dari bumi parahyangan sana mengirim sebuah pesan singkat
" a nuju aont ?""kak sedang apa?" tanyanya dalam bahasa sunda
" nuju di bumi, kumaha kabar kaluargi di ciamis?" "lagi di rumah aja, gimana kabar keluarga di sana?" tanyaku yang juga dalam sunda
" sae a, mun nu di Tangerang kumaha kabarna?" "baik, kalau keluarga di Tangerang gimana kabarnya?".
" alhamdulilah sawangsulna" kemudian lanjutku " Ari di dinya nuju usum naon?" "kalau di sana sedang musim apa?"
" nj usum ngala pare, ri didinya nj usum naon?""musim panen kak, kalau di sana?" ia balik menanyakan musim.
Aku berhenti sejenak, ia menanyakan tengah musim apa di kotaku tinggal, musim apa di sini? aku merasa sudah tak ada lagi musim di kotaku, maksudnya musim panen padi atau musim buah atau musim lainnya, di sini sudah tak ada lagi pepohonan, di sini sudah sangat sedikit sawah, tak banyak kegiatan masuarakat di sini, ikatan orang perorang rasanya hanya sebatas tahu nama dan dari mana, pribumi? akupun bisa bibilang bukan sepenuhnya pribumi, tapi tanah kota ini membangun setengah dari tubuhku, aku bertanyaa, di sini apa yang ada di sini ?
" ari di die mah teu usum nanaon.." "kalau di sini udah ngga ada musim" jawabku.
Terlalu cepat wajah bumi berubah, padahal sepuluh tahun lalu, masih ada musim panen, tak jauh dari rumahku sawah panjang membentang, pepohonan besar dan rimbun berdiri berjajar di pinggiran sawah, namun yang tertananm kini bukanlah pepohonan, yang terbentang kini bukanlah persawahan, yang tertanam kini adalah pondasi-pondasi beton yang membentang lebar dan tinggi. di musim panen langit kotaku penuh dengan layang-layang, karena musim panen biasanya musim kemarau, musim ini sangat cocok untuk bermain layang-layang, anak-anak sampai orang dewasa memenuhi pematang-pematang sawah berjajar orang-orang yang sumringah karena menarik benang layang-layang.
Aku bingung dik, hendak jawab aku, di sini tak ada musim, setiap hari di sini sama saja, panas dan gersang, penuh dengan orang-orang yang semakin gemar menanam kontrakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H