Lihat ke Halaman Asli

Runtuhnya Idealisme Seorang Guru

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di media massa, orang begitu ramai berkicau terkait gaji guru yang masih sangat jauh dari standar. Mungkin ini salah satu alasan mengapa guru dapat merontokkan idealismenya dalam mengemban tugas sebagai seorang pendidik. Tugas utama seorang guru ialah dapat merancang strategi pembelajaran yang seideal mungkin, dengan catatan maksud ideal ini ialah tidak menyamaratakan kemampuan setiap siswanya di kelas. Rumit bukan? Guru harus selalu siap dihadapkan dengan banyaknya perbedaan karakteristik dan kemampuan intelektual dari setiap siswa. Tapi itu semua tidak mustahil dapat ditangani oleh seorang guru karena guru merupakan sebuah profesi, ia telah dibekali untuk keadaan lapangan yang demikian.

Saya sangat yakin, semua guru muda pasti masih memiliki idealisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Terutama terkait kompetensi pedagogik serta keilmuan yang ada di bidangnya masing-masing. Perguruan tinggi di bidang kejuruan pun tidak sembarangan dalam meluluskan setiap mahasiswanya untuk menjadi seorang calon guru. Seorang calon guru sudah dibekali dengan sederet kemampuan baik itu hal praktis maupun teoritis. Dalam hal teoritis, ia tahu model, strategi, metode dan pendekatan apa yang sesuai untuk setiap karakteristik dari materi yang akan diajarkan, Tidak hanya itu, praktisnya dalam mengajar pun ada seninya, siswa bukanlah objek yang seenaknya dapat diisi dengan sejuta macam informasi oleh guru, namun paradigma mengajar telah berubah dengan cara membuat siswa menjadi belajar dengan sendirinya.

Persyaratan seorang mahasiswa calon guru untuk dapat lulus ialah diharuskan untuk dapat membuat tugas akhir skripsi, yah penelitian ilmiah yang harus dipertanggungjawabkan di akhir serentetan mata kuliah yang harus ditempuh. Untuk jurusan dengan basic pendidikan, tema skripsinya pun harus bertema pendidikan. Saya merasakannya, dan ternyata penelitian ilmiah di bidang pendidikan itu tidaklah mudah. Teori pendidikan yang selalu berkembang menuntut mahasiswa untuk terus mengadaptasi informasi yang baru. Belum lagi setiap teori belajar yang dipelajari belum tentu dapat disama ratakan untuk seluruh siswa, yah tidak sesederhana teorinya. Apalagi dalam merancang strategi pembelajaran, untuk membelajarkan satu konsep saja kepada siswa akan begitu rumit apabila tidak dibarengi dengan ilmunya. Singkatnya untuk merancang strategi pembelajaran yang IDEAL tidaklah mudah dan tidak secepat kilat. Butuh waktu berbulan-bulan untuk dapat merancangnya dengan baik.

Mirisnya hasil penelitian terkait perbaikan-perbaikan dalam hal pendidikan ini belum tersosialisaikan dengan baik kepada para praktisi (guru) di lapangan. Sehingga cara mengajar lama atau tradisional pun masih dianut oleh para guru yang masih mengajarkan dengan menggunakan metode yang dahulu ia peroleh saat belajar. Tak aneh, semakin bertambah umur, mungkin ada saja seorang guru yang kehilangan idealismenya, yang menganggap bahwa mengajar hanyalah sebuah tugas yang harus diselesaikan dengan waktu tertentu. Siswa sebagai objek yang hidup belum tentu dapat terbelajarkan oleh guru yang telah berubah idealismenya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline