Lihat ke Halaman Asli

“Penglihatan” melalui Hati Hewan

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13265983822136881600

Para imam marapu sedang mengamati dan menyelidiki hati hewan. Salah satu tradisi untuk mengetahui li'i sang Marapu.

Para penganut agama asli Marapu meyakini bahwa dengan melihat hati hewan yang dikurbankan, mereka dapat mengenal kehendak Sang Marapu. Marapu merupakan agama alam yang dianut oleh masyarakat Sumba, Nusa Tenggara Timur. Secara singkat Marapu dapat dikatakan sebagai kepercayaan asli dengan penyembahan kepada Suatu yang Tertinggi (Ha Mawolo, Ha Marawi), Dewa/i, atau penghormatan terhadap  arwah nenek moyang. Sebutan-sebutan adat untuk Marapu dan upacara-upacaranya berbeda setiap daerah sebab bahasa masyarakat Sumba cukup beraneka ragam. Terminologi adat  yang digunakan di sini merupakan bahasa Wewewa, salah satu wilayah dalam kabupaten Sumba Barat Daya.

13265976952071066091

Pemotongan kerbau pada salah satu upacara adat Marapu.

Dalam setiap upacara adat, masyarakat marapu biasanya menyembelih kurban berupa ayam, bahkan hewan berkaki empat seperti babi atau kerbau. Sebelum hewan tersebut disembelih, para Rato Marapu (imam marapu) terlebih dahulu membacakan doa-doa yang ditujukan pada nenek moyang mereka dengan ujud tertentu. Hewan sembelihan tersebut adalah persembahan kepada Marapu, Dewa Ina, Dewa Ama berkenaan dengan nazar tertentu, li’i dappa tekkipo atau li’i dapa li po . Pemberian persembahan ini disebut ya maraka barrana marapu, maraka barra na kulla inna kulla ama.

Hati hewan yang dipersembahan akan diselidiki. Pengamatan terhadap hati ayam disebut pareta aina, sedangkan padewa ate na merupakan sebutan bagi penyelidikan pada hati hewan berkaki empat (biasanya berupa: babi atau kerbau). Namun keduanya bisa dikatakan juga sebagai “pareta ate na” (menyelidiki/memeriksa hati). Terkabul atau tidaknya doa dan intensi mereka akan kelihatan pada hati hewan tersebut. Bahkan suatu hal yang belum diketahui pun akan tampak di sana.  Misalnya, bila ada nazar yang dibuat oleh anggota keluarga tetapi tidak diketahui oleh keluarga yang lain, maka akan kelihatan pada hati hewan yang dikurbankan.

Keluarga yang bersangkutan harus melakukan upacara adat sebagaimana sudah digariskan apabila pada hati hewan kurban ditemukan lii (pesan, nazar) dari marapu. Kehendak sang marapu akan tersirat dalam hati hewan kurban. Dalam keyakinan penganut agama asli marapu, jika nazar dituruti maka keluarga akan mendapatkan berkat atau keberuntungan. Sebaliknya, apabila lii tersebut diabaikan, maka keberuntungan akan jauh dari kehidupan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline