Silir angin pagi menyelinap dalam celah kamar. Berbisik lembut pada tubuh yang terbujur dalam kasur empuk. Sinar pagi telah menyapa, menunggumu menggapai asa yang tertunda.
Nyanyian suara kecil terdengar mungil. Seorang perempuan menggeser perabot dan mengusir kotor. Embun pagi mengucur pada wajah kerutnya, menguap kesturi aroma surga.
Perlahan aku mendekat, adakah segelas kopi yang siap hidang. Tetiba wajah kerutnya menyiut, menyembur takut bila sang anak kecewa. Karena stok kopi telah tiada.
Kini wajah ciutnya menyeruak binar cahaya. Sepertinya Ia bahagia, menemukan sebungkus kopi yang terselip diantara tumpukan plastik. Mengaduk melebur menguapkan khas aromatik.
Dan akhirnya, pagi ini aku menyeruput kopi buatan sang Ibunda. Teriring doa dalam tiap hisapan " Semoga hari ini Ibunda bahagia".
Jakarta, 11 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H