Selamat Sore..
Selalu kumulai pagi yang cerah (Ya walaupun seringkali hujan, cuaca mendung, hati yang gundah terbangun menatap langit-langit kamar yang juga suram. Hadeh, alay ini sulit menghilang) dengan berucap syukur, dalam hati juga berguman "Humh.. syukurlah, saya masih bisa melihat indahnya pagi ini..". Dan setiap terbangun saya selalu teringat akan seseorang. Seseorang yang begitu saya sayangi. Hemh... kisah curhatan pemuda alay, yang seharusnya jadi judul tulisan kali ini. Kalau melihat fotonya, senyumnya, saya merasa lega. Bangun tidur serasa sudah mandi dan sikat gigi, jika memandang wajahmu yang elok, walaupun sebetulnya wajah masih berminyak, bau ketek yang berbau seperti cucian 1 minggu belum dicuci. Huaaaah.. kenapa jadi curhat begini !!, apa yang salah dengan jemari ini Tuhaaan... !! (garuk-garuk kepala, sampai berdarah). Itulah perasaan cinta, terimakasih Tuhan. Terimakasih sudah menanamkan rasa kasih dan sayang di dalam hati kami. Dan mengajarkan naluri hati kami untuk saling sayang menyayangi, kasih mengasihi. Ini dia, yang akan tersampaikan. Sembari berjalan menyusuri waktu kehidupan yang sudah Tuhan gariskan di dalam hidup, saya terus merasa kalau alay saya susah hilang, penyakit ini tidak mau sembuh. Namun hal lain yang saya rasakan dalam jiwa saya yang alay ini, adalah kebahagiaan bisa menyayangi seseorang, mencintai seseorang. Tersenyum deh kalian. Senang sekali rasanya kita bisa memiliki rasa cinta didalam hati. Jangan dihapuskan rasa itu, jangan dibiarkan, dan jangan disia-siakan.
Beberapa kali sempat ada sms dari seorang sahabat. Ketika itu langit mendung, angin bertiup kencang, suara angin membuatku bertanya dalam hati, "Tuhan... ada apakah ini ?? apa yang sebenarnya terjadi ?? " (Enggak gitu juga kaleeee. Tolong, alay saya susah dikendalikan.) Seorang sahabat ini menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu dengan saya, ketemuan, cieeeeeee..... (huuuh !! kenapa harus ada alay sih !! otak saya sudah mulai tercemar sepertinya. ) Saya sepakat, dan dia sepakat, kita sama-sama sepakat. Beberapa hari berselang, akhirnya kita bisa ketemuan, cieeeee.... (Kenapa harus "cieee... " lagi sih, jangan rusak tulisan saya dong alay.) Kita bersahabat sejak pertama kali masuk di perkuliahan. Dia juga mengakui bahwa baru pertama kalinya bisa bertemu mahluk alay seperti saya. Dia juga menuturkan bahwa " Aku ngerasa bahagia, seneng dan gimanaaa gitu, bisa ketemu mahluk alay kaya kamu... " (Nangis darah saya sebetulnya, saat menuliskan ini). Kita tidak berdua saja, menghindari fitnah. Disana ada saya, dia, sahabat saya yang satunya lagi, satunya lagi, dan satunya lagi. Kita buka pertemuan kita kala itu dengan membaca bacaan basmalah. Harapan kami, semoga dari perbincangan ini, Tuhan menyelipkan solusi atas kegalauan yang sahabat saya rasakan. Perbincangan dimulai, dia bercerita dengan perlahan. Saya begitu perhatian dengan kisah sahabat saya ini. Saya dan sahabat yang lain begitu dapat merasakan atmosfir kesedihan sahabat yang sedang galau ini. Diceritakan bahwa dia memiliki seorang kekasih. Dia begitu amat, eh maksut saya amat begitu menyayangi kekasihnya tersebut. Namun, sang kekasih terkadang, bahkan seringkali cuek, sering mencaci maki, marah tanpa alasan yang jelas. Dan yang membuat mata melotot sampai hampir lepas adalah ketika kami tahu bahwa sang kekasih ternyata kini mendekati dan menjalin hubungan spesial dengan orang yang lain. . Sang kekasih mau orang yang mencintainya untuk selalu baik, selalu pengertian, semuanya deh. Namun sang kekasih lupa, bahwa dirinya ternyata terlalu egois.
Cerita mulai berkembang, dengan wajah pucat pasi, nafas terengah-engah, lisan tertatih-tatih, air mata yang mulai terlihat berkumpul dibawah kelopak mata, seolah menyapa kami bahwa tangis kecil seorang perempuan yang tersakiti akan jatuh. Wajah saya dan wajah sahabat yang lain mulai ikut sedih. Kami begitu merasa terenyuh, se-enyuh-enyuhnya. tanpa sadar, tetes air mata seorang perempuan sudah terjatuh. Seketika air mata menetes, seketika pula langit menjadi mendung, angin bertiup menembus relung hati yang tersakiti. Suasana gelap dan rasa yang begitu dalam, sakit, hanya itu yang kini sahabat saya rasa. Air mata bukan menjadi harga yang pas untuk mewakili rasa pahit ini. Namun setidaknya Tuhan jadika air mata, sebagai jalan untuk melegakan relung jiwa yang setiap hari bertanya dalam sepi. "Tuhan... ?? Mengapa begini... kenapa Tuhan..??. Mendengar curahan hati sahabat saya ini, saya dan sahabat saya yang lain tanpa sadar juga meneteskan air mata. Setelah dia menyelesaiakan ceritanya, sambil mengusap air mata, dia tersenyum kepada kami. "Maaf ya, aku jadi nangis gini. Kalian sampai ikutan nangis jadinya.." . Dan sponta kami tertawa... " Bhuahahahahaha... (Ketawa iblis). Kami bukan karena apa menangis, kami... kami... kami... huaaaaa.... huaa.. huuuu... kami... ikut sedih... maafkan kami ya... tidak bisa banyak membantu. huuuu.... hiks hiiks.." . Sahabat saya malah tertawa melihat kami menangis seperti itu. Dan pada akhirnya kami mendapatkan sebuah jawaban. semoga itu bisa meringankan masalahnya. Setelah kesedihan pasti ada kebahagiaan. Setelah gelap terbitlah terang. Datangnya kesusahan, juga pasti disertai hadirnya kemudahan.
Benar, dengan saling berbagi Tuhan datangkan jalan keluar. Seharusnya, dua orang yang saling mencintai itu saling berbagi. Saling ungkap-mengungkapkan. Suasana akan terpecah dengan hadirnya lisan yang berucap. Namun kadang manusia lupa. Antara yang laki-laki dan yang perempuan juga melupakan hal sepele yaitu berbiccara, ngobrol. Tuhan jadikan telingan untuk mendengar sebuah ucapan, dan hati serta otak kita untuk berfikir dan menimbangnya. Lantas hendaklah berbicara dengan baik, berbicara yang baik-baik pake banget. Berbicara dengan lemah lembut. Sehingga tiada muncul dinding yang membatasi kita. Mungkin itu kenapa banyak dari kita galau dengan pacarnya. Mungkin karena kurangnya berbicara dengan baik. Jika komunikasi bisa terjalin dengan baik, mungkin hal itu bisa mengurangi angka kegalauan yang terjadi. Akan berkurang mereka-mereka yang galau suka minum obat nyamuk cair, menelan uang koin Rp. 1.000,- , didepan pantai ngelamun sambil nangis, sambil pegang sapu tangan dari sang mantan. Nulis status di Fb, " Andae kauo rasah joega perihs ini Dindah.." (sumpah nyakitin). Dan kadang galau membuat kita melakukan kegiatan atau hobi kecil kita dengan penuh nafsu, beringas. Seperti kebiasan kita ngupil, dan ketika dalam keadaan galau kita akan ngupil dengan penuh keganasan, hingga tanpa sadar hidung kita berdarah !!.
Itulah, semoga kita bisa belajar dan saling memahami. Jangan kita sia-siakan rasa kasih sayang dan cinta yang Tuhan tanamkan dihati kita, hanya dengan menjadi egois, dan tidak saling mau mengerti. Karena cinta datang dan tertanam oleh kuasa Tuhan. Namun manusia terkadang gemar menjadi angkuh karena merasa tinggi, seolah berdiri sendriri tanpa pernah merasa sepi. Hingga tanpa sadar menyakiti seorang insan dengan rasa cinta di dalam hati. Begitu lalainya kita, begitu idiotnya kita (Emh.. lebih ke saya mungkin, hehehe. Puas kalian semua ??), hingga lupa akan rasa cinta dari hati orang lain yang merupakan anugrah terbesar Tuhan dalam hidup kita. Manusia mahluk indah yang kadang egois. Meminta balasan indah, namun lupa untuk mengindahkan diri sendiri. Layaknya ingin dihormati, namun diri masih sering mendzalimi.
Huehehehe... lumayan ancur ya bahasanya. Itu kata-kata puitis saya sih. pantesan dulu waktu SMA sering dapet nilai kurang bagus, kalau lagi pelajaran Bahasa Indonesia. Ah yang bodo kan mamat. Semoga ini bsa bisa jadi pelajaran untuk kita semua. Amien.. Barakallah.
PANJUL JUYUL KUSUMUL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H