Lihat ke Halaman Asli

Perkembangan Kognitif Masa Anak Sekolah

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya juga mengalami perkembangan yang pesat. Karena dunia dan minat anak bertambah luas dan menjadikan bertambahnya pengertian tentang manusia dan obyek yang sebelumnya kurang dimengerti. Pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrit, rasional dan obyektif dan daya ingatnya menjadi sangat kuat. Dalam pembahasan kali ini akan di bahas mengenai perkembangan kognitif anak masa pertengahan dan akhir dari segi perkembangan memori dan perkembangan pemikiran kitis.

Selama tahun-tahun pada masa anak sekolah, anak-anak menunjukkan perubahan-perubahan penting bagaimana mereka mengorganisasi dan mengingat informasi. Selama masa anak-anak prasekolah, memori jangka pendek telah berkembang dengan baik akan tetapi pada usia 7 tahun tidak terlihat peningkatan yang berarti. Sedangkan pada memori jangka panjang, terlihat peningkatan seiring dengan bertambahnya usia selama masa ini. Hal ini di karenakan memori jangka panjang tergantung pada kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.

Meskipun pada periode ini anak-anak tidak terjadi peningkatan yang berarti dalam memori jangka panjang, dan malah menunjukkan keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha mengurangi keterbatasan tersebut dengan menggunakan strategi memori (memory strategy) yaitu perilaku yang disengaja digunakan untuk meningkatkan memori.

Perkembangan pemikiran kritis (critical thinking) adalah pemahaman terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pemikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi yang dating dari berbagai sumber, dan berfikir secara reflektif dan evaluative. Para ahli psikologi dan pendidikan menyadari bahwa anak-anak di sekolah tidak hanya harus mengingat atau menyerap secara pasif berbagai informasi baru, melainkan anak perlu berbuat lebih banyak dan belajar bagaimana berfikir secara kritis. Seorang anak harus memiliki kesadaran akan diri dan lingkungannya. Karena itu pendidikan di sekolah harus mampu membangun kesadaran kritis anak didik.

Menurut Santrock (1998), untuk mampu berfikir secara kritis, anak harus mengambil peran aktif dalam proses belajar seperti, mendengarkan secara seksama, mengidentifikasi atau merumuskan pertnyaan, mengorganisasikan pemikiran mereka, memperhatikan persamaan dan perbedaan, melakukan deduksi, dan membedakan antara kesimpulan yang secara logika valid dan tidak valid. Di samping itu anak-anak juga harus belajar bagaimana mengajukan pertanyaan klarifikasi dan mengkombinasikan proses berfikir untuk menguasai suatu pengetahuan baru.

Referensi : Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline