Lihat ke Halaman Asli

Kembali Menghayati Sastra Jendra

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam kisah-kisah pewayangan Ramayana, kisah Rama-Sinta adalah kisah yang selalu menarik. Bahkan di televisi, kisah tersebut diangkat dan ditayangkan berulang kali dalam berbagai versi. Akan tetapi, ada banyak tokoh yang kurang dikenal di dalam Ramamaya.

Kisah Dewi Sukesi dan Resi Wisrawa adalah kisah yang paling utama. Jika tidak ada mereka, tidak akan ada Rahwana. Rahwana adalah putra sulung dari Dewi Sukesi dengan Resi Wisrawa. Saat melahirkan Rahwana, Dewi Sukesi dan Resi Wisrawa sedang melakukan perjalanan panjang dengan keadaan hamil tua.

Dewi Sukesi melahirkan di gua garba, yang menjadi heran Dewi Sukesi saat melahirkan bukanlah bayi seperti biasa. Hanya segumpal darah yang menjijikan. Keadaan ini membuat Dewi Sukesi dan Resi Wisrawa sangat heran sehingga meminta bantuan Dewata tentang segumpal darah tersebut. Setelah itu, Segumpal darah tersebut menjadi bayi. Tetapi, wujud dari bayi tersebut sangat menyeramkan.

Sebelum Resi Wisrawa menikah dengan Dewi Sukesi, Resi Wisrawa menikah dengan Dewi Lokawati, putri dari Prabu Lokawana yang juga raja Negeri Lokapala. Dari perkawinan tersebut Resi Wisrawa mendapatkan satu orang anak yang diberi nama Wisrawana atau Prabu Danapati.

Cerita tentang Dewi Sukesi, Resi Wisrawa dan Prabu Danapati pernah dibuat naskah untuk perlombaan “Festival Teater Sunda” di Bandung tahun 2014. Naskah ini berjudul, “Sastra Jendra”. Sastra Jendra bercerita tentang kemarahan Prabu Danapati kepada Resi Wisrawa karena telah mengambil pujaan hatinya, yaitu Dewi Sukesi.

Akan tetapi, Sastra Jendra dalam cerita Ramayana yaitu sastra harjendra ningrat sebuah ilmu sakti yang dimaksud mengubah wujud raksasa menjadi manusia biasa. Dewi Sukesi sejak kecil berwujud raksesi. Dia mengingkan untuk menjadi perempuan biasa. Hingga pada akhirnya Dewi Sukesi membuat sayembara, siapa yang bisa menguraikan ilmu sastra harjendra ningrat akan menjadi suaminya. Ternyata dalam sayembara tersebut ditambah juga dengan, setiap pelamar harus pertanding terlebih dahulu dengan Jumbumangli.

Sayembara tersebut membuat Danapati ingin mengikuti. Akan tetapi, Resi Wisrawa mencegahnya. Karena Ilmu tersebut sangatlah tinggi dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh Danapati. Hingga akhirnya Resi Wisrawa yang mengikuti sayembara tersebut dan membawa Dewi Sukesi untuk dinikahkan kepada Danapati.

Dalam sayembara tersebut, Resi Wisrawa memenangkan sayembaranya, berhasil membuat Dewi Sukesi ke tubuh perempuan biasa. Rencana awal tentang Dewi Sukesi yang akan nikahkan kepada Danapati, ditolak mentah-mentah oleh Dewi Sukesi. Karena dalam sayembara tersebut Resi Wisrawa yang berhasil membongkar ilmu sastra jendra ningrat.Ditambah, perempuan bukan barang yang dengan mudah dipindah tangankan kepemilikannya kepada orang lain. Selain itu, setiap manusia mempunyai rasa cinta yang menjadi salah satu landasan perkawinan mereka.

Sementara pertempuran Danapati dengan Resi Wisrawa tidak bisa dihindari lagi. Bahkan pertempuran tersebut terjadi di alun-alun Alengkadirja dengan sangat memalukan. Hingga akhirnya Batara Narada yang bisa memisahkan keduanya dengan menceritakan bahawa garis takdir memang telah menetapkan Dewi Sukesi harus menjadi istri Resi Wisrawa.

Di Madura, perempua khusunya para gadis dikonotasikan dengan perlambang melati. Maka tak heran falsafah melati menjadi pujian bagi orang-orang tua madua dengan ucapan tuh tang malate, ta’ gegger plane ojen, ban ta; elop polana panas are. Memepunyai arti oh melatiku, yang tak ggur karena hujan dan tak layu karena panas matahari.

Akan tetapi, pada peristiwa carok tidak jarang terjadi karena perempuan. Seperti halnya pernikahan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi bukan hanya Danapati yang tidak menyukai. Akan tetapi, Jambumangli juga tidak menyukainya.

Setelah dirinya selesai membuat Dewi Sukesi menjadi seorang manusia, dirinya harus berhadapan dengan Jambumangli. Akan tetapi, Resi Wisrawa menganggap bahwa Jambumangli ingin mempertahankan harga dirinya supaya tidak diremehkan di Alengkadirja.

Apa yang ada dipikirkan Resi Wisrawa ternyata salah. Jambumangli ternyata sudah lama menyukai Dewi Sukesi. Dengan berubahnya Dewi Sukesi menjadi manusia, Jambumangli tidak bisa menikah dengan Dewi Sukesi. Padahal Jambumangli sudah lama menyukai Dewi Sukesi dan berniat menjadikannya istri.

Pertarungan Antara Resi Wisrawa dan Jambumangli ternyata tidak bisa dihindari lagi. Jambumangli mengerahkan semua kekuatannya untuk mengalahkan Resi Wisrawa. Tetapi, Jambumangli yang menjadi kalah. Jambumangli dihajar dan dijuwing-juwing oleh Resi Wisrawa sampai teas dalam keadaan yang tidak wajar.

Sebelum mati, Jambumangli sempat mengeluarkan kutukan yang mengerikan kepada Resi Wisrawa. Sumpah ini berisi suatu hari nanti dalam sebuah perang besar akan ada anak dari Resi Wisrawa uang mati tercincang-cincang. Seperti yang diderita oleh Jambumangli.

Dalam carok, biasanya dipicu karena masalah sepele,yaitu bekas istri dilamar atau dikawin dengan laki-laki lain. Padahal pada prinsipnya suami madura biasanya bersikap keras dan tegas dalam membela kehormatan dan kesudian istrinya.

Terkadang konflik antara dua orang biasanya merembet melibatkan oranglain, antar keluarga, kerabat bahkan melibatkan semua penduduk kampung. Peristiwa carok antar kampung cukup mengerikan. Di Bangkalan, carok terjadi antara penduduk desa Bilaporag dengan penduduk Jodoh yang saling berhadapan dengan clurit ditangan.

Bahkan dalam peristiwa tersebut mengakibatkan lima orang tewas serta puluhan orang lainya luka parah. Kejadian itu sempat menggegerkan masyarakat Bangkalan. Sehingga membuat Bupati, Polisi, Tentara dan para ulama turun tangan.

Membunuh dan terbunuh dalam perang tanding adalah wajar. Karena setiap pihak memeilih cara untuk menyelesaikan konflik mereka. Meskipun demikian, masing-masing harus bersikap kesatria dan menjunjung tinggi martabatnya sebagai manusia. Dalam peperangan menyiksa terhadap musuh.

Selain itu juga, malu dan takut menyatakan cinta merupakan manifestasi rasa rendah diri yang perlu dikikis habis. Ditolak cinta oleh seseorang merupakan hal yang biasa dan jangan sampai membuat putus asa. Dunia cukup luas, masih banyak orang yang bersedia menerima untuk hidup bersama membangun keluarga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline