Lihat ke Halaman Asli

Hidayah Ana

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Aura positif insya Allah akan selalu membuat kebaikan -

Kisah ini menjadi istimewa karena kita tak pernah memikirkan sebelumnya bahwa pergaulan keseharian disekolah ternyata bisa menjadi penghantar hidayah, subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar.

Setiap liburan akhir tahun, sekolah kami SMA Lazuardi GIS selalu mengadakan kegiatan tour bersama (guru dan karyawan sekolah) dan kami beri nama sebagai Tour Pengembangan Wawasan. Tahun lalu kami ke Lombok NTB dan tahun ini kami ke Batu-Solo-Jogja.

Hari pertama saat kami tiba di Kota Batu, kami mendapatkan Tour Guide lokal yang biasa saja, tak ada yang istimewa, maksud saya ya yang umum saja dan tidak berjilbab, ia menjelaskan seluk beluk Kota Batu sangat detail dan dengan bahasa umum. Oh iya, disekolah kami, bahasa sangat dijaga karena kami meyakini bersama bahwa bahasa dan kepribadian adalah dua hal yang saling berkaitan dan takkan terpisahkan, dari bahasa-lah tolok ukur sesungguhnya apakah kita tergolong educated person atau uneducated person. Jangan harap anda mendengar celoteh yang nyerempet-nyerempet bahaya, lelucon vulgar apalagi dari perilaku disekolah kami mulai dari maaf, tukang sapu hingga kepada pucuk pimpinan tertinggi semua sama.

(Maaf) bukan maksud saya untuk merendahkan, banyak diantara kita yang saat berkumpul dengan sesama guru maka kita menjadi ‘liar’ karena kita berpandangan bahwa kita tidak sedang berada bersama siswa, kita merasa bebas, lepas dan tak lagi terkontrol.

Dihari kedua, Tour Guide kami diganti, kali ini seorang wanita muda berjilbab dan lebih santun, ia pandai merangkai kata dan sepertinya pas-lah dengan keseharian kami, ia memperkanalkan dirinya dengan nama Ana, kami melaui hari itu dengan antusias, (bisa jadi) karena Mbak Ana yang pandai mempromosikan agenda wisata sehingga kami lebih semangat waktu itu, indikator yang lain adalah jumlah barang yang diborong oleh rombongan, semakin antusias maka semakin banyak pula barang (oleh-oleh) yang dibeli.

Agenda terakhir adalah menyambangi BNS (Batu Night Spectacular Show) hingga waktu isya’ menjelang, saat semua peserta sudah duduk manis dalam Bus saat itulah kejutan terjadi.

Awalnya, Ustadz Sumirat (Guru Senior kami) dengan memakai pengeras suara dalam bus memulai berbicara, kami berpikir biasa saja sebab memang beliaulah yang seringkali memimpin do’a saat kami hendak berangkat dalam perjalanan, namun kali ini beliau memulai dengan sedikit berbeda.

“Afwan, saya mau bertanya tentang kriteria wanita cantik, kira-kira kalau menurut bapak dan ibu guru sekalian wanita itu cantik yang memakai jilbab ataukah yang tidak berjilbab?” Tanya Ustadz Sumirat.

Kami yang duduk dibelakang (Para bapak-bapak tentunya) tidak tau arah pembicaraan Ustadz Sumirat, kami semua berpikir bahwa Ustadz dalam kapasitas sedang bercanda sehingga diantara kami ada yang nyeletuk, “ya tergantung, tadz”

“Ndak, saya bertanya dalam konteks sesungguhnya, konteks syariah, cantikan mana?” Ustadz Sumirat menegaskan

“Ya... tentu cantik yang berjilbab tadz” Jawab salah seorang guru

“Oke, Sekarang.... saya bertanya apakah menurut Bapak Ibu, Mbak Ana cantik?” Tanya Ustadz Sumirat yang lagi-lagi kami nilai sebagai sebuah candaan

“Saya yakin semua sepakat, betul?...”, Ustadz Sumirat meminta persetujuan kami

“Hari ini adalah hari yang sangat istimewa karena Mbak Ana bercerita kepada saya bahwa baru hari ini beliau memakai jilbab dan insya Allah akan selalu ia kenakan selamanya”. Kata Ustadz Sumirat dengan suara bergetar haru.

Kami semua seperti terhipnotis, sunyi senyap dan tak menyangka ada peristiwa luar biasa, lalu Mbak Ana mulai bercerita,

“Bapak dan ibu yang saya hormati, kagumi dan banggakan, izinkah saya membuat testimoni dan juga memohon dukungan do’a”. Suaranya bergetar dan disertai isak tangis

“Saya ibu dari dua orang anak yang kini berpisah dengan suami, saya orang yang totalitas dalam bekerja, saya selama ini salah dan menganggap bahwa pekerjaan saya di bisnis pariwisata adalah pekerjaan yang berat sehingga saya rela melakukan apa saja, saya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan order......saya mohon ampun ya Allaaaaah”. Mbak Ana tersungkur tapi ia tidak mau diam, ia sepertinya ingin menumpahkan semua keluh kesahnya dan juga semua penderitaan batinnya.

“Hari ini hati saya terbuka, saya merasa baru pertama kali dalam perjalanan hidup saya menemui orang-orang seperti anda semua, mata saya kini terbuka bahwa masih ada orang baik, dan ....(ia terus menangis) tenyata masih ada orang yang menghargai dan menghormati saya”

(Saya merinding, dan tak terasa pipi saya basah, saya melihat semua orang tertunduk saya yakin semua terharu)

“Hari ini saya pertama kali mengenakan jilbab ini dan ternyata semua orang memperlakukan saya dengan sangat baik, saya dihormati dan saya sangat nyaman dan damai, mohon bimbing saya, kuatkan saya dan ingatkan saya untuk selalu mengenakan jilbab ini walau kita akan segera berpisah dan tak tau apakah mungkin bisa kembali bertemu” Mbak Ana kembali jatuh tersungkur, beberapa guru perempuan maju untuk menenangkannya .

Sungguh.... semua dari kami tak ada yang bersuara, namun saya yakin semua dari kami memiliki harapan yang sama agar Mbak Ana bisa istiqomah menjalankan syariat Islam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline