Lihat ke Halaman Asli

Status

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Semoga saja kita masih bisa bertemu di lain waktu"

Kubaca rangkaian kata-kata itu satu persatu. Kemudian memasukkan handphoneku ke dalam tas dan berlalu begitu saja. Dan akhirnya aku pun terlupa.

"Aku ingin bertemu denganmu lagi. Apakah kau keberatan?"

"Tentu saja tidak,"

Kau memesan secangkir coklat hangat dan aku memesan segelas orange juice. Kita bercakap-cakap seru sambil sesekali menyesap minuman masing-masing. Itu pertemuan kedua kita setelah pertemuan "tak sengaja" sebelumnya.

"Kau beda rupanya. Kau berbeda dari semua teman-teman perempuan yang kukenal. Aku menyukaimu,"

Aku hanya terdiam sambil menyembunyikan pipiku yang rasanya tiba-tiba memerah. Dan... saat itulah debaran hangat mulai menyusup ke dalam hatiku. Mungkinkah aku mulai jatuh cinta kepadamu?

"Kau tahu, Aku pernah berharap bertemu dengan seseorang yang kuanggap istimewa dengan cara yang tak biasa. Seperti pertemuan kita,"

Lagi-lagi, aku hanya diam menahan debaran-debaran yang semakin hari semakin kencang. Aku tak tahu harus berkata apa.

"Astaga. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu! Jangan pernah berkeliling kota sendirian macam ini lagi,"

"Aku sudah terbiasa seperti ini," Kataku membela diri. Saat itu, aku ingin bertanya padamu mengapa kau terlalu khawatir dan nyaris marah karena aku berkeliling kota sendirian. Namun, sayangnya pertanyaan itu tak pernah terucapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline