Lihat ke Halaman Asli

Hujan Kala Itu

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penghujung tahun ini intensitas curah hujan makin meningkat. Sore ini saja, awan tebal telah menutupi indahnya kilau sang mentari. Titik demi titik hujan mulai membasahi setiap permukaan tanah. Hujan kali ini, tidak hanya sekedar hujan, namun juga hujan berangin. Dan kau tahu kan? Aku benar-benar membenci angin. Kukembangkan payung hijau toscaku lalu berjalan menelusuri tepian jalan. Tanpa sengaja, kutatap jalanan yang mulai tergenang oleh rintikan hujan yang mulai beranjak lebat. Tiba-tiba, percikan air comberan menciprati pakaian para pejalan kaki. Beberapa orang dari mereka tampak mengomel dan mengutuk-ngutuk mobil penyebab insiden cipratan air comberan tersebut. mobil itu tak berhenti, namun malah melaju kencang tanpa peduli. Entah apa isi benak orang itu? mengapa ia harus memacu mobilnya begitu kencang? Bukankah tubuhnya tak akan tekena air hujan berangin itu? Atau mungkin ia buru-buru mengejar waktu?

Aku menatap ekor mobil itu yang makin lama makin mengecil dan hilang ditelan jalanan yang menurun tajam. Tiba-tiba aku tersadar bahwa sekujur tubuhku telah basah. selain akibat percikan air comberan, tampaknya payung hijau toscaku tak mampu menahan terpaan angin kencang lagi. Aku menatap lurus ke depan. Dua blok lagi, aku akan sampai ke tempat tujuanku. Aku mempercepat langkahku hingga akhirnya aku sampai pada tempat tujuanku. Sekilas kubaca papan nama yang tergantung di bangunan itu. Aku melangkah masuk. Seorang wanita rambut panjang hitam sebahu melambaikan tangan kepadaku. Aku tersenyum dan mendekatinya. Lalu kami berpelukan saling melepas rindu. Seorang pelayan mendatangi kami dan memberikan selembar daftar menu. Aku memesan semangkuk es krim mocca. Entah kenapa. Walau di luar sana hujan turun lebat, aku ingin sekali menikmati semangkuk besar es krim mocca. Ah!Aku benar-benar tak peduli pada cuaca. Aku hanya ingin es krim mocca. Titik.

"Sudah lama tidak bertemu ya, Ci," Wanita itu memulai percakapan sambil mengelus-elus perutnya yang makin membesar.

"Iya ya, Ra. Omong-omong selamat ya atas kehamilanmu. Sebentar lagi aku akan mempunyai keponakan baru. Tak terasa waktu cepat berlalu," Kataku sambil mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang datang mengantarkan semangkuk es krim mocca.

"Bagaimana kabarmu? Kau masih sendiri?" Wanita itu bertanya lagi.

"Tidak. Aku tidak pernah sendiri. Ada dua malaikat yang berdiri di sebelah kanan dan kiriku," jawabku sambil menyendokkan setangkup es krim mocca bertabur coklat chip ke mulutku.

"Aku serius, Ci. Jangan bergurau!"

"Ampun!" Kataku sambil menangkupkan kedua tanganku di dahi. Aku mencoba melucu untuk membelokkan arah percakapan ini. Sejujurnya, aku sudah bosan setengah mati dengan tema pembicaraan tentang 'kesendirian'. Aku tak ingin orang-orang menatapku iba. Aku bahagia dengan ini semua. Tak ada lagi yang mengganggu hidupku, merusak hari-hari, dan memenuhi pikiranku. Setidaknya aku tak pernah melakukan hal-hal bodoh yang pernah kulakukan di masa lalu. Buatku, masa lalu itu adalah kaca perbandingan untuk masa depan. Jadi, cukuplah kebodohan itu terjadi di masa lalu saja.

"Jangan mencoba melucu, Ci! Aku serius. Kau tidak melihat ketulusan cinta Adit padamu? Kau terlalu selektif, Ci. Pantas jika sampai kini kau masih sendiri!" Kata wanita itu penuh dengan keseriusan dan sedikit berapi-api. Mungkin, jika ia tidak dalam keadaan hamil, ia akan membentakku dengan suaranya yang melengking itu. aku tahu sifat wanita itu. Kami telah berteman baik selama sepuluh tahun lebih dan aku tahu semua gerak gerik dan tingkah polahnya.

Aku menghembuskan napasku sambil tersenyum kecut. Bukan aku selektif, tapi aku tak mau mengulang kebodohan di masa lalu. Jangan pernah jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya karena orang-orang yang jatuh ke dalam lubang yang sama adalah orang-orang bodoh. Aku menjauhkan mangkuk es krim mocca yang mulai mencair. Nafsu makankmu menguap tiba-tiba. Aku tak ingin es krim mocca lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline