Lihat ke Halaman Asli

Ghina Rahmatika

Mom Blogger

Peran Ayah Melawan Patriarki dari Rumah

Diperbarui: 10 April 2022   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock

Memiliki anak seorang perempuan, menjadikan saya tertarik untuk memperhatikan hubungan anak perempuan dengan ayahnya. Ketika kondisinya demikian, banyak yang bilang ayah menjadi cinta pertama anak perempuanya, banyak kemiripan dari keduanya, serta katanya anak perempuan yang dekat dengan ayahnya bisa meningkat tingkat kecerdasannya.

Wow, sebagai seorang ibu, saya merasa cukup terpukau. Kadang nggak jarang iri juga karena ungkapan tersebut. Apalagi kalau anaknya lagi pintar, pasti suka disangkut pautkannya sama ayahnya daripada mamahnya. 

Namun lebih dalam menyelami, saya yang juga merupakan keluarga yang lebih didominasi oleh perempuan dengan didikan yang sangat patriarki malah menjadikan hal ini sebagai momen berkaca. 'Eh, dulu aku nggak bisa begitu ya sama Abah, sekarang anakku alhamduillah bisa'.

Ada momen-momen antara Nahla dan ayahnya yang membuat saya tetiba teringat momen masa kecil. Momen pengasuhan yang dulu saya tidak dapatkan, yang kita ambil pelajaran dan kita upayakan agar anak merasakan kesetaraan. 

Besar dari didikan patriarki membuat saya dan saudara-saudara saya cukup terbatas untuk berinteraksi dengan Abah. Entah kecilnya kami dulu seperti apa. Tapi didikan yang cukupkeras membuat kami memiliki pola pikir patriarki yang cukup kuat.

Laki-laki harus dilayani, laki-laki lebih dihormati, laki-laki membawa kehormatan dalam keluarga, dan laki-laki tidak memasuki ranah perempuan. Hal-hal itu membuat kami pun segan dan berjarak.

Begitu pun juga suami. Pengasuhan yang menitikberatkan pada minimnya pelibatan laki-laki dalam urusan domestik serta kerasnya didikan orangtuanya membuat dia juga ingin mencoba melepaskan dengan menjadi ayah yang lebih moderat, terbuka, dan mempraktikkan kesetaraan dalam pengasuhan.

Pernikahan memang bisa menjadi peluang kita untuk membuat perubahan. Termasuk perubahan pola pikir dalam relasi laki-laki dan perempuan ini.

Perlahan, dengan segala bekal kesetaraan gender yang kami bawa masing-masing, mencoba mempraktikkan dalam pengasuhan, pengambilan keputusan serta tindakan-tindakan kami.

Bagaimana prosesnya?

Berat. Bayangan dan sikap dalam pengasuhan kami pun kadang tak sadar masih membawa sisa-sisa patriarki tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline